MAKALAH TENTANG REPRODUKSI HEWAN
DISUSUN
OLEH:
FIRSA ALFIANDRI (V0B012002)
UNIVERSITAS
JENDERAL SOEDIRMAN
Bandung,
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya
panjatkan kehadirat tuhan yang maha esa karena atas perkenan dari beliau
lah saya bisa menyelesaikan makalah ini dengan cukup baik dan tepat pada
waktunya. Dengan judul makalah “REPRODUKSI HEWAN”. Walaupun dengan buku
penunjang yang terbatas.
Adapun makalah ini sengaja saya
susun atas dasar kelengkapan tugas biologi fungsi kelas semester 1, jurusan biologi
terapan.
Dan agar
para mahasiswa juga dapat mengetahui tentang reproduksi yang terjadi pada hewan.
Dan juga dapat mengetahui perbedaan cara reproduksi, dan tujuan reproduksi
serta banyaak hal mengenai itu.
Saya
mengucapkan terimakasih kepada pihak yang telah membantu dalam proses
penyusunan makalah ini, semua yang telah memberi informasi yang saya tidak bisa
sebut satu persatu.
Dalam
penyusunan makalah ini saya menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan di
dalamnya, maka untuk itu saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
konstruktif dari para pembaca dalam kesempurnaan makalah ini.
Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi para mahasiswa dalam membantu proses belajar
dalam biologi khususnya biologi fungsi
Sekali lagi saya ucapkan TERIMA
KASIH.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………......
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN
- LATAR BELAKANG………………………………………………………................
2.
RUMUSAN
MASALAH................................................................................................
3.
TUJUAN………………..................................................................................................
BAB II
PEMBAHASAN
1. GAMBARAN
UMUM REPRODUKSI HEWAN.......................................................
2. MEKANISME
REPRODUKSI SEKSUAL.................................................................
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN……………………………………………………………………..,...............
SARAN…………………………………………………………………………………..........
PENUTUP……………………………………………………………………………….........
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………….
PENDAHULUAN I
A. Latar belakang.
Reproduksi
merupakan salah satu ciri dari makhluk, disamping cirri-ciri lain seperti;
respirasi, transportasi, pencernaan, ekskresi, koordinasi, dan iritabilitas.
Setiap makhluk hidup memiliki kemampuan untuk melakukan reproduksi atau proses
perkembangbiakan. Secara umum reproduksi pada makhluk hidup dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu reproduksi seksual (secara perkawinan) dan reproduksi
aseksual (tanpa perkawianan).
Pada reproduksi
seksual mengunakan alat/organ seksual berupa sel kelamin jantan dan sel kelamin
betina, sedangkan pada reproduksi aseksual, tidak menggunakan alat/organ
seksual, sehingga proses perkembanganbiakan menggunakan organ tubuh, seperti
akar dan batang pada tumbuhan.
Reproduksi
seksual disebut juga perkembangbiakan secara generative, sedangkan reproduksi
aseksual disebut juga perkembangbiakan secara vegetative. Reproduksi seksual
umumnya dilakukan oleh hewan tingkat tinggi dan sebagian tunbuhan. Sedangkan
reproduksi aseksual umum dilakukan hewan tingkat rendah dan sebagian tumbuhan.
Makalah ini
membahas lebih rinci tentang reproduksi pada makhluk hidup, yang meliputi
proses reproduksi pada hewan, dan alat/organ seksual pada hewan
Rumusan Masalah.
1.
Apakah alat/organ reproduksi pada
hewan?
2.
Bagaimanakah proses reproduksi pada
hewan?
Tujuan.
1.
Mengetahui alat/organ reproduksi
pada hewan?
2.
Mengetahui proses reproduksi pada
hewan?
PEMBAHASAN II
I .GAMBARAN UMUM REPRODUKSI HEWAN
A. Reproduksi
aseksual maupun reproduksi seksual terjadi pada tingkat kingdom hewan
Terdapat
dua modus utama reproduksi hewan. Reproduksi
aseksual (Bahasa Y unani, “tanpa seks” ) adalah pencipta individu
baru yang semua gen nya berasal dari satu induk tanpa pelebur telur dan
sperma.Pada sebagian kasus, reproduksi aseksual
secara keseluruhan mengandalkan pembelahan sel secara mitosis. Reproduksi seksual adalah penciptaan
keturunan melalui peleburan gamet haploid
untuk membentuk zigot (telur yang
sudah dibuahi),yang diploid. Gamet
di bentuk melalui meiosis. Gamet betina,
ovum (telur yang belum di buahi),
umumnya adalah sel relatif ;ebih besar dan tidak motil. Gamet jantan, spermatozoon, umumnya adalah sel yang
kecil namun motil. Reproduksi seksual meningkatkan keragaman genetik di antara
keturunan dengan cara membangkitkan kombinasi unik gen yang di wariskan dari
dua induk.
B. Mekanisme
reproduksi aseksual yang beranekaragam dan mampu membuat keturunan yang identik
secara cepat
Banyak
invertebrata dapat bereoroduksi scara aseksual dengan pembelahan (fission), yaitu pemisahan sebuah induk
menjadi dua atau lebih individu dengan ukuran kira-kira sama. Dalam reproduksi
aseksual bentuk lain, beberapa invertrebrata melepaskan sekelompok sel-sel
khusus yang dapat tumbuh menjadi individu baru. Sebagai contoh, gemula (gemmule) dari spons terbentuk ketika sel-sel dari berbagai jenis
bermigrasi bersama di dalam spons itu dan kemudian di kemudian di kelilingi
oleh suatu lapisan pelindung.
Jenis
reproduksi aseksual lain yang dapat di temukan adalah fragmentasi, yaitu pematahan tubuh menjadi beberapa bagian dan
beberapa atau semuanya berkembang menjadi individu dewasa yang lengkap. Bagi
hewan untuk dapat bereproduksi dengan cara ini, fragmentasi harus di sertai
daengan regenerasi, yaitu
pertumbuhan kembali bagian tubuh yang hilang itu. Reproduksi melalui
fragmentasi dan regenerasi terjadi pada banyak hewan spons, cnidaria, annelida
polikaeta, dan tunikata.Banyak hewan lain juga dapat menggantikan anggota tubuh
yang hilang dengan cara regenerasi misalnya, sebagian besar bintang laut dapat
menumbuhkan lengan baru ketika terluka atau patah, tetapi hal tersebut bukan
merupakan reproduksi karena tidak dihasilkan individu baru. Pada bintang laut
dari genus Linckia, individu baru
bisa tumbuh dan berkembang dari sepotong lengan. Dengan demikian, satu hewan
dengan lima lengan, jika diputuskan semuanya. Secara aseksual dapat
menghasilkan lima keturunan.
Reproduksi
aseksual mempunyai beberapa potensi keuntungan. Sebagai contoh, hal tersebut
mebuat hewan-hewan yang hidup dalam isolasi mampu menghasilkan keturunan tanpa
harus mencari dan menemukan pasangan kawin. Reproduksi aseksual dapat juga
menciptakan banyak sekali keturunan dalam waktu singkat, yang merupakan hal
ideal untuk dapat mengkolonisasi suatu habitat secara cepat.
C.
Siklus dan pola
reproduksi hewan sangat bervariasi
Sebagian
besar hewan memperlihatka siklus yang
jelas dan pasti dalam aktivitas reproduksi, yang seringkali dikaitka
dengan perubahan musim. Sifat periodik reproduksi memungkinkan hewan untuk
menghemat sumberdaya dan menghasilkan keturunan ketika lebih banyak energi tersedia
dibandingkan dengan yang diperlukan untuk memelihara kondisi dan ketika kondisi
lingkungan mendukung kelangsungan hidup keturunan. Domba betina, misalnya,
mempunyai siklus reproduksi selama 15 hari dan berevolusi pada pertengahan
setiap siklus. Siklus ini umumnya terjadi selama musim gugur dan pada awal
musim dingin, sehingga anak domba umumnya lahir pada akhir musim dingin atau
semi. Bahkan hewan yang hidup di habitata yang hampir stabil. Seperti daerah
tropis atau lautan, umumnya bereproduksi hanya pada waktu- waktu tertentu dalam setahun. Siklus reproduksi dikontrol
oleh kombinasi petunjuk hormon dan lingkungan
Hewan
dapat bereproduksi hanya secara aseksual
atau seksual, atau bisa bergantian kedua
modus tersebut. Pada afid (aphid,
kutu daun), rotifera, dan krustase air tawar daphinia, setiap betina dapat
menghasilkan dua jenis telur, tergantung pada kondisi lingkungan, misalnya
waktu-waktu dalam setahun. Satu jenis telur di buahi, tetapi jenis telur yang
lain berkembang dengan cara partenogenesis
yaitu, proses perkembangan telur tanpa di buahi. Hewan dewasa yang di hasilkan
melalui partenogenesis seringkali haploid, dan sel-selnya tidak mengalami
meosis dalam pembentukan telur -telur baru. Dalam kasus Daphnia, pergantian dari reproduksi seksual ke reproduksi aseksual
seringkali berkaitan dengan musim. Perilaku seksual pada kadal partenagenetik
yaitu kadal whiptail yang hidup di
gurun dan padang rumput (Cnemidophorus
uniparens) adalah spesies yang semua
anggotanya betina. Repilia ini bereproduksi secara partenogenesis, telor
mengalami pengandaan kromosom setelah meiosis dan berkembang menjadi kadal
tanpa harus di buahi. Akan tetapi, ovulasi ditingkat dengan terjadinya ritual percumbuan
dan perkawinan yang meniru perilaku spesies yang berhubungan dekat dan
bereproduksi secara seksual
Pola
reproduksi yang menakjubkan lain nya adalah hermafroditisme sekuensial, dimana suatu individu mengubah jenis
kelaminya selama masa hidupnya. Pada beberapa spesies, hewan
hermafrodit seksuensial bersifat protogini
(protogynous, betina dulu baru
berganti menjadi jantan), sementara spesies lain bersifat protandri (protandrous,
jantan dulu beru berganti menjadi betina). Pada berbagai spesies ikan-ikan
karang yang di sebut sebagai wrasse, pengubahan jenis kelamin di kaitkan dengan
umur dan ukuran. Sebagai contoh, wrasse
kepala biru karibia adalah spesies protogini dimana hanya individu yang
terbesar (umumnya yang tertua) berubah dari betina ke jantan. Ikan ini hidup
dalam kelompok yang terdiri atas seekor
jantan dan beberapa ekor betina. Jika yang jantan mati atau dikeluarkan dari percobaan, betina yang
paling besar dalam kelompok tersebut akan berubah jenis kelamin dan menjadi
jantan baru. Dalam tempo satu minggu, individu yang berubah kelamin itu sudah
menghasilkan sperma sebagai pengganti telur. Pada spesies ini, jantan akan membela dan mempertahankan
kelompok itu dari pengacau, dan dengan demikian
ukuran yang lebih besar memberikan keuntungan reproduksi yang lebih
besar bagi jantan di bandingkan betina. Sebaliknya , terdapat hewan protandri
yang berubah dari jantan ke betina ketika ukuran bertambah. Pada kasus seperti
itu, ukuran yang lebih besar bisa meningkatkan keberhasilan reproduksi
betina di bandingkan jantan.
II.
MEKANISME REPRODUKSI SEKSUAL
Mekanisme fertilasi, yaitu peleburan sperma
dengan telur, Baik
memainkan
peranan penting dalam reproduksi seksual. Beberapa spesies melakukan fertilisasi eksternal, telur di
lepaskan betina dan di buahi oleh jantan
dalam lingkungan sekitarnya. Spesies lain melakukan fertilisasi internal, sperma didepositkan di dalam atau di dekat
saluran reproduksi betina, dan
fertilisasi terjadi di dalam saluran tersebut.
Fertilasi
internal memerlukan perilaku kooperatif, yang mengarah ke populasi. Pada
beberapa kasus, perilaku seksual yang tidak karakteristik (sesuai karakter atau
ciri) dihilangkan oleh seleksi alam secara langsung, sebagai contoh, laba laba
betiba akan memakan jantan jika sinyal-sinyal reproduksi spesifik tidak diikuti
selama perkawinan. Fertilisasi internal juga memerlukan sistem sistem
reproduksi yang canggih, termasuk organ kopulasi yang mengirimkan sperma dan
resptakel atau penyangga untuk penyimpanannya dan pengangkutanya menuju telur
yang matang.
Fertilasi
eksternal memerlukan suatu lingkungan dimana sebuah telur dapat berkembang
tanpa kekeringan atau cekaman panas, maka
fertilisasi jenis tersebut terjadi hampir secara eksklusif di habitat
yang lembap. Banyak invertebrata akuatik hanya sekedar melepaskan telur dan
spermanya ke dalam lingkungan sekitar,
dan fertilisasi terjadi tanpa adanya kontak fisik yang sesungguhnya di antara
kedua induk. Pengaturan waktu sangat penting untuk menjamin bahwa sperma yang
sudah dewasa memerlukan telur yang sudah matang.
Banyak ikan
dan amfibi yang melakukan fertilisasi eksternal memperlihatkan perilaku kawin
yang spesifik, yang berakhir dengan seekor jantan membuahi telur-telur seekor
betina . Perilaku percumbuan adalah pemicu bagi jantan maupun betina untuk
melepaskan gamet, dengan dua pengaruh. Peluang keberhasilan pembuahan akan
meningkat dan pilihan pasangan kawin
jadi selektif.
Reproduksi seksual/generative
Sebagian besar invertebrata melakukan reproduksi
secara seksual. Reproduksi seksual dicirikan dengan penyatuan gamet
(fertilisasi), yaitu sperma dan ovum. Fertilisasi pada invertebrata sering
dijumpai pada cacing tanah yang bersifat hermafrodit (satu individu
menghasilkan sperma dan ovum.
Ø
Konjugasi yaitu persatuan antara dua individu yang belum mengalami
spesialisasi sex. Terjadi persatuan inti (kariogami) dan sitoplasma
(plasmogami). Contohnya pada Paramaecium sp.
Ø
Fusi yaitu
persatuan/peleburan duya macam gamet yang belum dapat dibedakan jenisnya.
Dibedakan menjadi 3 macam yaitu :
Ø
Isogami yaitu persatuan
dua macam gamet yang memiliki bentuk dan ukuran yang sama. Contohnya pada
Phyllum Protozoa.
Ø
Anisogami yaitu persatuan
dua macam gamet yang berbeda ukuran dan bentuknya sama. Contohnya Chlamydomonas
sp.
Ø
Oogami yaitu persatuan
dua macam gamet yang memiliki ukuran dan bentuk yang tidak sama. Contohnya pada
Hydra sp.
Reproduksi Pada Vertebrata
Ø
Class Pisces yaitu
dengan ovipar dan secara fertilisasi eksternal, ovovivipar dan vivipar. Organ
reproduksinya meliputi testis, vas deferens, lubang urogenitalia untuk jantan
dan untuk betina adalah ovarium, oviduk dan lubang urogenitalia.
Ø
Class Amphibia yairu
dengan fertilisasi eksternal. Organ reproduksinya meliputi testis, vasa
efferentia dan kloakauntuk jantan dan untuk betina yaitu ovarium, oviduk dan
kloaka.
Ø
Class Reptilia yaitu
dengan fertilisasi internal. Organ reproduksinya meliputi testis, hemipenis,
vas deferens, epididimis dan kloaka. Untuk betina yaitu ovarium, oviduk dan
kloaka.
Ø
Class Aves yaitu
dengan fertilisasi internal. Organ reproduksi bagi yang jantan yaitu testis,
vas deferens dan kloaka. Untuk yang betina meliputi ovarium kiri, oviduk, dan
kloaka.
Ø
Class Mammalia yaitu
dengan fertilisasi internal. Organ reproduksi jantan meliputi penis, vas
deferens, testis dan anus. Untuk yang betina meliputi ovarium, oviduk, uterus
dan anus. Memiliki sistem menstruasi yang disebut dengan fase estrus serta tipe
uterus yang kompleks.
PENUTUP
III
Kesimpulan
:
Reproduksi aseksual
menghasilkan keturunan yang semua gennya berasal dari satu induk. Reproduksi
seksual memerlukan penyatuan gamer jantan dan betina untuk membentuk suatu
zigot diploid.
Pembelahan, pertunasan,
dan fragmentasi dengan regenerasi adalah mekanisme reproduksi aseksual pada
berbagai invertebrata.
Hewan bisa bereproduksi
secara seksual atau aseksual saja, atau bergantian satu sama lain antara
keduanya, tergantung pada kondisi lingkungan. Variasi pada kedua modus ini
dimungkinkan melalui adanya partenogenesis, hermafroditisme, dan
hermafroditisme sekuensial. Siklus reproduksi dikontrol ole hormon dan petunjuk
lingkungan, seperti perubahan dalam suhu, curah hujan, panjang siang hari, dan
sekitar bulan musiman.
Pada fertilisasi
eksternal, telur yang di lepaskan oleh betina dibuahi atau defertilisasi oleh
sperma oleh sperma pada lingkungan eksternal. Pada fertilisasi internal, telur
dan sperma menyatu di dalam tubuh betina.
Fertilisasi eksternal
dan internal memerlukan pengaturan waktu yang kritis, yang seringkali di
perantarai oleh petunjuk lingkungan, feromon, dan/atau perilaku percumbuan.
Fertilisasi internal memerlukan adanya interaksi perilaku penting antara hewan
jantan dan betina, dan juga adanya organ kopulasi yang sesuai dan cocok.
DAFTAR PUSTAKA
Ø Campbell,
Reece-Mitchell (edisi kelima-jilid 3)
Ø Ø
http//www.wikipedia.com
Ø file:///F:/GOOGLE/New%20folder/–Reproduksi-hewan-1.htm
0 komentar:
Posting Komentar