Rabu, 09 April 2014




LAPORAN PRAKTIKUM PERKECAMBAHAN PADA KACANG MERAH DAN JAGUNG










DISUSUN OLEH :
RUDI SYAMSUDIN (V0B012OO5)
FIRSA ALFIANDRI (V0B012002)
YANDI GUSTIYANDI (V0B012009)



PROGRAM STUDI BIOLOGI TERAPAN
AKADEMI KOMUNITAS LABTEC SEDEC
P4TK IPA BANDUNG
2013

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1           Latar Belakang
1.1.1        Kacang merah
Kacang merah ini memiliki 2 tipe yaitu, Kacang Buncis (Phaseolus vulgaris L.) berasal dari Amerika, sedangkan kacang buncis tipe tegak (kidney bean) atau kacang jogo adalah tanaman asli lembah Tahuacan-Meksiko. Penyebarluasan tanaman buncis dari Amerika ke Eropa dilakukan sejak abad 16. Daerah pusat penyebaran dimulai di Inggris (1594), menyebar ke negara-negara Eropa, Afrika, sampai ke Indonesia.
Pembudidayaan tanaman buncis di Indonesia telah meluas ke berbagai daerah. Tahun 1961-1967 luas areal penanaman buncis di Indonesia sekitar 3.200 hektar, tahun 1969-1970 seluas 20.000 hektar dan tahun 1991 mencapai 79.254 hektar dengan produksi 168.829 ton. Pada umumnya, kacang merah ditanam pada musim kemarau, karena pada musim penghujan tanaman akan londot. Hal ini di karenakan terlalu banyak air yang di serap. Pada musim kemarau pun penyiraman tanaman juga harus diperhatikan, misalnya penyiraman 2 hari sekali.
Kacang merah memiliki kandungan gizi yang sangat baik, hal ini sangat menguntungkan bagi kesehatan tubuh manusia apalagi jika diolah secara baik dan benar. Kacang merah kering merupakan sumber protein nabati, karbohidrat kompleks, serat, vitamin B, folasin, tiamin, kalsium, fosfor, dan zat besi. Folasin adalah zat gizi esensial yang mampu mengurangi resiko kerusakan pada pembuluh darah.

1.1.2        Jagung
Saat ini jagung merupakan produk biji-bijian ketiga yang paling banyak diperdagangkan setelah gandum dan beras. Tanaman ini digunakan sebagai sumber makanan pokok, terutama di Amerika latin dan Afrika, namun karena harganya yang rendah dan digunakan di seluruh dunia jagung telah menjadi bahan baku yang paling penting untuk pakan ternak dan beberapa bahan industri. Jagung (Zea mays, keluarga L, Poaceae) dikenal sebagai tanaman yang serbaguna, tumbuh di segala macam kondisi tanah, ketinggian dan kesuburan, yang menjelaskan adaptasi menyeluruh dan berbagai varietas yang dimilikinya. Dalam tujuan pembudidayaannya, jagung dibudidayakan dalam bentuk jagung manis, jagung pipilan, bahkan jagung untuk sayur (baby corn).

1.2            Rumusan Masalah
1.                  Bagaimanakah proses perkecambahan pada kacang merah?
2.                  Bagaimanakah proses perkecambahan pada jagung?

1.3            Tujuan Praktikum
1.                  Untuk mengetahui proses perkecambahan pada kacang merah
2.                  Untuk mengetahui proses perkecambahan pada jagung























BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Definisi Perkecambahan
Ahli fisiologi tumbuhan  menetapkan perkecambahan sebagai kejadian yang dimulai dengan imbibisi dan diakhiri ketika radikula (akar lembaga atau pada beberapa biji, kotiledon/hipokotil) memanjang atau muncul melewati kulit biji (Bewley dan Black, 1982, 1984; Mayer, 1974 dalam Salisbury 1992).
Untuk membedakan kedua keadaan yang berlainan itu, ahli fisiologi benih menggunakan dua istilah : Kuisen, yaitu kondisi biji saat tidak mampu berkecambah hanya karena kondisi luarnya tidak sesuai (misalnya, biji terlalu kering atau terlalu dingin); dan dormansi, yaitu kondisi biji gagal berkecambah karena kondisi dalam, walaupun kondisi luar (suhu, kelembaban dan atmosfer) sudah sesuai (Salisbury, 1992)
Menurut Copeland (1976) dalam Abidin (1984) perkecambahan adalah “ the resumpition of active growth of a young plant from the seed “ yang berarti aktivitas pertumbuhan yang sangat singkat suatu embrio dalam perkembangan dari biji menjadi tanaman muda. Perkecambahan dan pemantapan adalah saat-saat genting dalam kehidupan tumbuhan, karena dalam tingkatan inilah selama siklus hidup setiap spesies maka jumlah terbesar individunya mati. Kedalaman suatu biji dibenamkan dalam tanah, baik secara sengaja ataupun secara tidak sengaja merupakan faktor yang sangat penting dalam perkecambahan. Biji yang terdapat di permukaan tanah tidak memiliki cukup persediaan air untuk melengkapi perkecambahannya. Kalau terlalu dalam maka biji urung berkecambah atau mungkin menghabiskan sama sekali persediaan makanan untuk menembus tanah dan mendapatkan cahaya.(Tjitrosomo, dkk, 1983).
2.1.2 Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Perkecambahan
A. Faktor Dalam (Faktor Internal)
Faktor dalam yang mempengaruhi perkecambahan benih antara lain :
-          Tingkat kemasakan benih
Benih yang dipanen sebelum tingkat kemasakan fisiologisnya tercapai tidak mempunyai viabilitas yang tinggi karena belum memiliki cadangan makanan yang cukup serta pembentukan embrio belum sempurna (Sutopo, 2002).
Pada umumnya sewaktu kadar air biji menurun dengan cepat sekitar 20 persen, maka benih tersebut juga telah mencapai masak fisiologos atau masak fungsional dan pada saat itu benih mencapat berat kering maksimum, daya tumbuh maksimum (vigor) dan daya kecambah maksimum (viabilitas) atau dengan kata lain benih mempunyai mutu tertinggi (Kamil, 1979).
-          Ukuran benih
Benih yang berukuran besar dan berat mengandung cadangan makanan yang lebih banyak dibandingkan dengan yang kecil pada jenis yang sama. Cadangan makanan yang terkandung dalam jaringan penyimpan digunakan sebagai sumber energi bagi embrio pada saat perkecambahan (Sutopo, 2002). Berat benih berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan dan produksi karena berat benih menentukan besarnya kecambah pada saat permulaan dan berat tanaman pada saat dipanen (Blackman, dalam Sutopo, 2002).
-          Dormansi
Benih dikatakan dormansi apabila benih tersebut sebenarnya hidup tetapi tidak berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan yang secara umum dianggap telah memenuhi persyaratan bagi suatu perkecambahan atau juga dapat dikatakan dormansi benih menunjukkan suatu keadaan dimana benih-benih sehat (viabel) namun gagal berkecambah ketika berada dalam kondisi yang secara normal baik untuk berkecambah, seperti kelembaban yang cukup, suhu dan cahaya yang sesuai (Lambers 1992, Schmidt 2002).
-          Hormon
Tidak semua hormon tumbuhan (fitohormon) bersifat mendukung proses perkecambahan. Ada beberapa fitohormon yang menghambat proses perkecambahan.

A. Faktor Luar
Faktor luar utama yang mempengaruhi perkecambahan diantaranya:
Air
Penyerapan air oleh benih dipengaruhi oleh sifat benih itu sendiri terutama kulit pelindungnya dan jumlah air yang tersedia pada media di sekitarnya, sedangkan jumlah air yang diperlukan bervariasi tergantung kepada jenis benihnya, dan tingkat pengambilan air turut dipengaruhi oleh suhu (Sutopo,2002). Perkembangan benih tidak akan dimulai bila air belum terserap masuk ke dalam benih hingga 80 sampai 90 persen (Darjadi,1972) dan umumnya dibutuhkan kadar air benih sekitar 30 sampai 55 persen (Kamil, 1979).
Suhu
Suhu merupakan syarat penting kedua bagi perkecambahan biji. Tetapi ini tidak bersifat mutlak sama seperti kebutuhan terhadap air untuk perkecambahan, dimana biji membutuhkan suatu level “hydration minimum” yang bersifat khusus untuk perkecambahan.
Oksigen
Faktor oksigen berkaitan dengan proses respirasi. Saat berlangsungnya perkecambahan, proses respirasi akan meningkat disertai dengan meningkatnya pengambilan oksigen dan pelepasan CO2, air dan energi panas. Terbatasnya oksigen yang dapat dipakai akan menghambat proses perkecambahan benih (Sutopo, 2002). Kebutuhan oksigen sebanding dengan laju respirasi dan dipengaruhi oleh suhu, mikro-organisme yang terdapat dalam benih (Kuswanto. 1996). Menurut Kamil (1979) umumnya benih akan berkecambah dalam udara yang mengandung 29% oksigen dan 0.03% CO2.
Cahaya
Pengaruh cahaya akan berkaitan langsung dengan lama penyinaran harian matahari (fotoperiodisitas). Hubungan antara pengaruh cahaya dan perkecambahan biji dikontrol suatu system pigmen yang dikenal sebagai fitokrom, yang tersusun dari chromophore dan protein. Chromophore adalah bagian yang peka terhadap cahaya. Fitokrom memiliki dua bentuk yang sifatnya reversible (bolak-balik) yaitu fitokrom merah yang mengabsorbsi sinar merah dan fitokrominfra merah yang mengabsorbsi sinar infra merah.Bila pada biji yang sedang berimbibisi diberikan cahaya merah, maka fitokrom merah akan berubah menjadi fitokrom infra merah, yang manamenimbulkan reaksi yang merangsang perkecambahan.










BAB III
PEMBAHASAN
Alat dan Bahan :
1.     Gelas plastik 2 buah
2.     Kapas
3.     Kacang merah  5 biji
4.     Jagung  5 biji
5.     Air
Langkah kerja:
1.     Terlebih dahulu untuk memilih biji kecambah yang baik untuk yang akan di tanam dengan cara merendam ke dalam air selama beberapa menit, jika kecambah tenggelam ke dalam air berarti kecambah itu baik untuk di jadikan bibit.
2.     Taruh kapas yang sudah dibasahi pada masing- masing gelas yang sudah disiapkan.
3.     Beri setiap gelas tersebut masing-masing 5 biji kacang merah.
4.     Tempatkan 2 gelas tersebut di tempat yang  terkena cukup sinar matahari.
5.     Berikan label  pada asing-masing gelas tersebut.
6.     Amati pertunbuhan tersebut pada masing-masing gelas pada hari pertama, kedua dan ketiga.
7.     Catat perubahan perkembangan biji kacang merah dan biji jagung tersebut.










BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pengamatan perkembangan perkecambahan pada kacang merah dan jagung.
Hari ke-
1
2
3
Kacang merah
Biji kacang merah kulitnya mulai mengelupas
Sudah mulai tumbuh batang
Semua tumbuh dan batangnya melengkung berwarna hijau sedangkan bagian atasnya berwarnah putih dan di bagian atas kacang merah bermunculan batang-batang baru berwarnah putih
Jagung
1 biji mulai mengeluarkan rambut akar sedangkan yang lainnya belum ada perubahan.
Tumbuh batang lebih dari 1, bagian bawah/rambut akar biji jagung berwarnah merah sedangkan bagian atasnya/batang berwarnah putih
Pada biji jagung dari 5 kecambah yang di tanam hanya 4 biji yang tumbuh dan 1 nya busuk.
Keterangan :
1.     Hari pertama Biji kacang merah kulitnya mengelupas dan untuk biji jagung 1 biji mulai mengeluarkan rambut akar sedangkan yang lainnya belum ada perubahan.
2.     Hari kedua  biji kacang merah dan jagung sudah mulai tumbuh batang, pada biji jagung tumbuh batang lebih dari 1, bagian bawah/rambut akar biji jagung berwarnah merah sedangkan bagian atasnya/batang berwarnah putih.
Sedangkan untuk biji kacang merah pada bagian batang banya tumbuh cabang-cabang batang.
3.     Hari ketiga  biji kacang merah semua tumbuh dan batangnya melengkung berwarna hijau sedangkan bagian atasnya berwarnah putih dan di bagian atas kacang merah bermunculan batang-batang baru berwarnah putih, sedangkan pada biji jagung dari 5 kecambah yang di tanam hanya 4 biji yang tumbuh dan 1 nya busuk.



BAB V
PENUTUP
KESIMPULAN
Perkecambahan merupakan proses pertumbuhan dan perkembangan embrio. Hasil perkecambahan ini adalah munculnya tumbuhan kecil dari dalam biji. Proses perubahan embrio saat perkecambahan adalah plumula tumbuh dan berkembang menjadi batang, dan radikula tumbuh dan berkembang menjadi akar. Perkecambahan  pada biji kacang merah dan jagung agak sedikit terhambat karena kemungkinan adanya kelembapan pada gelas plastik bekas.
Perkecambahan terjadi karena pertumbuhan radikula (calon akar) dan pertumbuhan plumula (calon batang).
Beberapa faktor yang mempengaruhi perkecambahan di bedakan menjadi faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam misalnya tingkat kemaskanan benih, ukuran benih, dormansi, dan penghambat perkecambahan. Sedangkan faktor luar misalnya air, suhu, oksigen, cahaya dan medium.

2 komentar: