LAPORAN
PRAKTIKUM PERKECAMBAHAN PADA KACANG MERAH DAN JAGUNG
DISUSUN OLEH :
FIRSA ALFIANDRI (V0B012002)
YANDI GUSTIYANDI (V0B012009)
PROGRAM STUDI BIOLOGI TERAPAN
AKADEMI KOMUNITAS LABTEC SEDEC
P4TK IPA BANDUNG
2013
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
1.1.1
Kacang merah
Kacang merah ini memiliki 2 tipe yaitu, Kacang Buncis
(Phaseolus vulgaris L.) berasal dari Amerika, sedangkan kacang buncis tipe
tegak (kidney bean) atau kacang jogo adalah tanaman asli lembah
Tahuacan-Meksiko. Penyebarluasan tanaman buncis dari Amerika ke Eropa dilakukan
sejak abad 16. Daerah pusat penyebaran dimulai di Inggris (1594), menyebar ke
negara-negara Eropa, Afrika, sampai ke Indonesia.
Pembudidayaan tanaman buncis di Indonesia telah meluas ke
berbagai daerah. Tahun 1961-1967 luas areal penanaman buncis di Indonesia
sekitar 3.200 hektar, tahun 1969-1970 seluas 20.000 hektar dan tahun 1991
mencapai 79.254 hektar dengan produksi 168.829 ton. Pada umumnya, kacang merah
ditanam pada musim kemarau, karena pada musim penghujan tanaman akan londot.
Hal ini di karenakan terlalu banyak air yang di serap. Pada musim kemarau pun
penyiraman tanaman juga harus diperhatikan, misalnya penyiraman 2 hari sekali.
Kacang merah memiliki kandungan gizi yang sangat baik, hal
ini sangat menguntungkan bagi kesehatan tubuh manusia apalagi jika diolah
secara baik dan benar. Kacang merah kering merupakan sumber protein nabati,
karbohidrat kompleks, serat, vitamin B, folasin, tiamin, kalsium, fosfor, dan
zat besi. Folasin adalah zat gizi esensial yang mampu mengurangi resiko kerusakan
pada pembuluh darah.
1.1.2
Jagung
Saat ini jagung merupakan produk
biji-bijian ketiga yang paling banyak diperdagangkan setelah gandum dan beras.
Tanaman ini digunakan sebagai sumber makanan pokok, terutama di Amerika latin
dan Afrika, namun karena harganya yang rendah dan digunakan di seluruh dunia
jagung telah menjadi bahan baku yang paling penting untuk pakan ternak dan
beberapa bahan industri. Jagung (Zea mays, keluarga L, Poaceae) dikenal
sebagai tanaman yang serbaguna, tumbuh di segala macam kondisi tanah,
ketinggian dan kesuburan, yang menjelaskan adaptasi menyeluruh dan berbagai
varietas yang dimilikinya. Dalam tujuan pembudidayaannya, jagung dibudidayakan
dalam bentuk jagung manis, jagung pipilan, bahkan jagung untuk sayur (baby
corn).
1.2
Rumusan Masalah
1.
Bagaimanakah proses perkecambahan pada kacang merah?
2.
Bagaimanakah proses perkecambahan pada jagung?
1.3
Tujuan Praktikum
1.
Untuk mengetahui proses perkecambahan pada kacang merah
2.
Untuk mengetahui proses perkecambahan pada jagung
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1
Definisi Perkecambahan
Ahli fisiologi tumbuhan menetapkan perkecambahan sebagai kejadian
yang dimulai dengan imbibisi dan diakhiri ketika radikula (akar lembaga atau
pada beberapa biji, kotiledon/hipokotil) memanjang atau muncul melewati kulit
biji (Bewley dan Black, 1982, 1984; Mayer, 1974 dalam Salisbury 1992).
Untuk membedakan kedua keadaan yang
berlainan itu, ahli fisiologi benih menggunakan dua istilah : Kuisen, yaitu
kondisi biji saat tidak mampu berkecambah hanya karena kondisi luarnya tidak
sesuai (misalnya, biji terlalu kering atau terlalu dingin); dan dormansi, yaitu
kondisi biji gagal berkecambah karena kondisi dalam, walaupun kondisi luar
(suhu, kelembaban dan atmosfer) sudah sesuai (Salisbury, 1992)
Menurut Copeland (1976) dalam Abidin
(1984) perkecambahan adalah “ the resumpition of active growth of a young plant
from the seed “ yang berarti aktivitas pertumbuhan yang sangat singkat suatu
embrio dalam perkembangan dari biji menjadi tanaman muda. Perkecambahan dan
pemantapan adalah saat-saat genting dalam kehidupan tumbuhan, karena dalam
tingkatan inilah selama siklus hidup setiap spesies maka jumlah terbesar
individunya mati. Kedalaman suatu biji dibenamkan dalam tanah, baik secara
sengaja ataupun secara tidak sengaja merupakan faktor yang sangat penting dalam
perkecambahan. Biji yang terdapat di permukaan tanah tidak memiliki cukup
persediaan air untuk melengkapi perkecambahannya. Kalau terlalu dalam maka biji
urung berkecambah atau mungkin menghabiskan sama sekali persediaan makanan
untuk menembus tanah dan mendapatkan cahaya.(Tjitrosomo, dkk, 1983).
2.1.2 Faktor- Faktor yang
Mempengaruhi Perkecambahan
A. Faktor Dalam (Faktor Internal)
Faktor dalam yang mempengaruhi
perkecambahan benih antara lain :
-
Tingkat kemasakan benih
Benih yang dipanen sebelum tingkat
kemasakan fisiologisnya tercapai tidak mempunyai viabilitas yang tinggi karena
belum memiliki cadangan makanan yang cukup serta pembentukan embrio belum
sempurna (Sutopo, 2002).
Pada umumnya sewaktu kadar air biji
menurun dengan cepat sekitar 20 persen, maka benih tersebut juga telah mencapai
masak fisiologos atau masak fungsional dan pada saat itu benih mencapat berat
kering maksimum, daya tumbuh maksimum (vigor) dan daya kecambah maksimum
(viabilitas) atau dengan kata lain benih mempunyai mutu tertinggi (Kamil,
1979).
-
Ukuran benih
Benih yang berukuran besar dan berat
mengandung cadangan makanan yang lebih banyak dibandingkan dengan yang kecil
pada jenis yang sama. Cadangan makanan yang terkandung dalam jaringan penyimpan
digunakan sebagai sumber energi bagi embrio pada saat perkecambahan (Sutopo,
2002). Berat benih berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan dan produksi
karena berat benih menentukan besarnya kecambah pada saat permulaan dan berat
tanaman pada saat dipanen (Blackman, dalam Sutopo, 2002).
-
Dormansi
Benih dikatakan dormansi apabila
benih tersebut sebenarnya hidup tetapi tidak berkecambah walaupun diletakkan
pada keadaan yang secara umum dianggap telah memenuhi persyaratan bagi suatu
perkecambahan atau juga dapat dikatakan dormansi benih menunjukkan suatu keadaan
dimana benih-benih sehat (viabel) namun gagal berkecambah ketika berada dalam
kondisi yang secara normal baik untuk berkecambah, seperti kelembaban yang
cukup, suhu dan cahaya yang sesuai (Lambers 1992, Schmidt 2002).
-
Hormon
Tidak semua hormon tumbuhan
(fitohormon) bersifat mendukung proses perkecambahan. Ada beberapa fitohormon
yang menghambat proses perkecambahan.
A. Faktor Luar
Faktor luar utama yang mempengaruhi
perkecambahan diantaranya:
Air
Penyerapan
air oleh benih dipengaruhi oleh sifat benih itu sendiri terutama kulit
pelindungnya dan jumlah air yang tersedia pada media di sekitarnya, sedangkan
jumlah air yang diperlukan bervariasi tergantung kepada jenis benihnya, dan
tingkat pengambilan air turut dipengaruhi oleh suhu (Sutopo,2002). Perkembangan
benih tidak akan dimulai bila air belum terserap masuk ke dalam benih hingga 80
sampai 90 persen (Darjadi,1972) dan umumnya dibutuhkan kadar air benih sekitar
30 sampai 55 persen (Kamil, 1979).
Suhu
Suhu
merupakan syarat penting kedua bagi perkecambahan biji. Tetapi ini tidak
bersifat mutlak sama seperti kebutuhan terhadap air untuk perkecambahan, dimana
biji membutuhkan suatu level “hydration minimum” yang bersifat khusus
untuk perkecambahan.
Oksigen
Faktor
oksigen berkaitan dengan proses respirasi. Saat berlangsungnya perkecambahan,
proses respirasi akan meningkat disertai dengan meningkatnya pengambilan
oksigen dan pelepasan CO2, air dan energi panas. Terbatasnya oksigen yang dapat
dipakai akan menghambat proses perkecambahan benih (Sutopo, 2002). Kebutuhan
oksigen sebanding dengan laju respirasi dan dipengaruhi oleh suhu,
mikro-organisme yang terdapat dalam benih (Kuswanto. 1996). Menurut Kamil
(1979) umumnya benih akan berkecambah dalam udara yang mengandung 29% oksigen
dan 0.03% CO2.
Cahaya
Pengaruh
cahaya akan berkaitan langsung dengan lama penyinaran harian matahari
(fotoperiodisitas). Hubungan antara pengaruh cahaya dan perkecambahan biji
dikontrol suatu system pigmen yang dikenal sebagai fitokrom, yang
tersusun dari chromophore dan protein. Chromophore adalah bagian yang
peka terhadap cahaya. Fitokrom memiliki dua bentuk yang sifatnya reversible (bolak-balik)
yaitu fitokrom merah yang mengabsorbsi sinar merah dan fitokrominfra merah yang
mengabsorbsi sinar infra merah.Bila pada biji yang sedang berimbibisi diberikan
cahaya merah, maka fitokrom merah akan berubah menjadi fitokrom infra merah,
yang manamenimbulkan reaksi yang merangsang perkecambahan.
BAB III
PEMBAHASAN
Alat dan Bahan :
1. Gelas
plastik 2 buah
2. Kapas
3. Kacang
merah 5 biji
4. Jagung 5 biji
5. Air
Langkah kerja:
1. Terlebih
dahulu untuk memilih biji kecambah yang baik untuk yang akan di tanam dengan
cara merendam ke dalam air selama beberapa menit, jika kecambah tenggelam ke
dalam air berarti kecambah itu baik untuk di jadikan bibit.
2. Taruh
kapas yang sudah dibasahi pada masing- masing gelas yang sudah disiapkan.
3. Beri
setiap gelas tersebut masing-masing 5 biji kacang merah.
4. Tempatkan
2 gelas tersebut di tempat yang terkena
cukup sinar matahari.
5. Berikan
label pada asing-masing gelas tersebut.
6. Amati
pertunbuhan tersebut pada masing-masing gelas pada hari pertama, kedua dan
ketiga.
7. Catat
perubahan perkembangan biji kacang merah dan biji jagung tersebut.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pengamatan perkembangan perkecambahan pada kacang
merah dan jagung.
Hari ke-
|
1
|
2
|
3
|
Kacang merah
|
Biji
kacang merah kulitnya mulai mengelupas
|
Sudah
mulai tumbuh batang
|
Semua tumbuh dan
batangnya melengkung berwarna hijau sedangkan bagian atasnya berwarnah putih
dan di bagian atas kacang merah bermunculan batang-batang baru berwarnah
putih
|
Jagung
|
1
biji mulai mengeluarkan rambut akar sedangkan yang lainnya belum ada
perubahan.
|
Tumbuh
batang lebih dari 1, bagian bawah/rambut akar biji jagung berwarnah merah
sedangkan bagian atasnya/batang berwarnah putih
|
Pada
biji jagung dari 5 kecambah yang di tanam hanya 4 biji yang tumbuh dan 1 nya
busuk.
|
Keterangan :
1. Hari
pertama Biji kacang merah kulitnya mengelupas dan untuk biji jagung 1 biji
mulai mengeluarkan rambut akar sedangkan yang lainnya belum ada perubahan.
2. Hari
kedua biji kacang merah dan jagung sudah
mulai tumbuh batang, pada biji jagung tumbuh batang lebih dari 1, bagian
bawah/rambut akar biji jagung berwarnah merah sedangkan bagian atasnya/batang
berwarnah putih.
Sedangkan
untuk biji kacang merah pada bagian batang banya tumbuh cabang-cabang batang.
3. Hari
ketiga biji kacang merah semua tumbuh dan
batangnya melengkung berwarna hijau sedangkan bagian atasnya berwarnah putih
dan di bagian atas kacang merah bermunculan batang-batang baru berwarnah putih,
sedangkan pada biji jagung dari 5 kecambah yang di tanam hanya 4 biji yang
tumbuh dan 1 nya busuk.
BAB V
PENUTUP
KESIMPULAN
Perkecambahan merupakan
proses pertumbuhan dan perkembangan embrio. Hasil perkecambahan ini adalah
munculnya tumbuhan kecil dari dalam biji. Proses perubahan embrio saat
perkecambahan adalah plumula tumbuh dan berkembang menjadi batang, dan radikula
tumbuh dan berkembang menjadi akar. Perkecambahan pada biji kacang merah dan jagung agak
sedikit terhambat karena kemungkinan adanya kelembapan pada gelas plastik
bekas.
Perkecambahan terjadi
karena pertumbuhan radikula (calon akar) dan pertumbuhan plumula (calon
batang).
Beberapa faktor yang
mempengaruhi perkecambahan di bedakan menjadi faktor dalam dan faktor luar.
Faktor dalam misalnya tingkat kemaskanan benih, ukuran benih, dormansi, dan
penghambat perkecambahan. Sedangkan faktor luar misalnya air, suhu, oksigen,
cahaya dan medium.
I Like
BalasHapuskak daftar pustakanya jangan lupa
BalasHapus