OSMOREGULASI DANEKSRESI
MAKALAH FISIOLOGI HEWAN
OSMOREGULASI DAN EKSRESI
DISUSUN
OLEH :
FIRSA
ALFIANDRI (V0B012002)
DOSEN PENGAMPU :Asep Agus
Sulaeman,S.Si.MT
PROGRAM
STUDI BIOLOGI
P4TK
IPA BANDUNG
2013
BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Setiap
hari tubuh organisme
menghasilkan
kotoran dan zat-zat sisa dari berbagai proses tubuh. Agar tubuh kita tetap
sehat dan terbebas dari penyakit, maka kotoran dan zat-zat sisa dalam tubuh
kita harus dibuang melalui alat-alat ekskresi.
Alat eksresi pada masing-masing
mahluk hidup berbeda-beda. Tubuh hewan 60 sampai 95 persen tubuhnya terdiri
dari air yang tersebar dalam cairan intrasel dan ekstrasel dan sewaktu-waktu
konsentrasi cairannya tersebut bisa berubah, maka keseimbangan harus
dipertahankan oleh hewan melalui mekanisme yang disebut dengan
OSMOREGULASI (proses untuk menjaga keseimbangan antara jumlah air dan zat
terlarut yang ada dalam tubuh hewan).
Secara umum proses osmoregulasi
adalah upaya atau kemampuan untuk mengontrol keseimbangan air dan ion antara di
dalam tubuh dan lingkungannya melalui mekanisme pengaturan tekanan osmose.
Proses osmoregulasi diperlukan karena adanya perbedaan konsentrasi cairan tubuh
dengan lingkungan disekitarnya. Jika sebuah sel menerima terlalu banyak air
maka ia akan meletus, begitu pula sebaliknya, jika terlalu sedikit air, maka
sel akan mengerut dan mati. Osmoregulasi juga berfungsi ganda sebagai sarana
untuk membuang zat-zat yang tidak diperlukan oleh sel atau organisme hidup.
B. TUJUAN
1. Mempelajari system ekresi pada manusia
2. Mengetahui system ekresi pada hewan
3. Mempelajari Osmoregulasi
pada hewan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sistem ekresi
1. Pengertian Sistem Ekresi
Sistem ekresi adalah proses
pengeluaran zat-zat sisa hasil metabolisme yang sudah tidak digunakan lagi oleh
tubuh. seperti CO2, H2O,
NH3, zat warna empedu dan asam urat.Zat hasil metabolisme yang tidak
diperlukan oleh tubuh akan dikeluarkan melalui alat ekskresi. Alat ekskresi
yang dimiliki oleh makhluk hidup berbeda-beda.Semakin tinggi tingkatan mahluk
hidup, semakin kompleks alat ekskresinya.
2. Istilah dalam Sistem ekskresi
a.
Defekasi : yaitu proses pengeluaran sisa pencernaan makanan yang
disebut feses. Zat yang dikeluarkan belum pernah mengalami metabolisme
di dalam jaringan.Zat yang dikeluarkan meliputi zat yang tidak diserap usus sel
epitel, usus yang rusak dan mikroba usus.
b. Ekskresi :
yaitu pengeluaran zat sampah sisa metabolisme yang tidak berguna lagi bagi
tubuh.
c.Sekresi :
yaitu pengeluaran getah oleh kelenjar pencernaan ke dalam saluran pencernaan.
Getah yang dikeluarkan masih berguna bagi tubuh dan umumnya mengandun genzim.
d.Eliminasi :
yaitu proses pengeluaran zat dari rongga tubuh, baik dari rongga yang kecil
(saluran air mata) maupun dari rongga yang besar (usus).
a. Membuang limbah yang
tidak berguna dan beracun dari dalam tubuh
b. Mengatur konsentrasi dan volume
cairan tubuh (osmoregulasi)
c. Mempertahankan temperatur tubuh
dalam kisaran normal (termoregulasi)
d. Homeostasis
4.
Hasil sistem ekskresi
a. Zat cair yaitu berupa keringat, urine dan cairan empedu.
b.Zat padat yaitu berupa feces.
c. Gas berupa CO2.
d.Uap air berupa H2O.
B.
Sistem Ekskresi Pada Hewan
1.SISTEM EKSKRESI PADA PISCES
Ikan
merupakan vertebrata yang hidup di air sehingga zat sisa metabolismenya berupa
cairan.Alat pengeluaran pada ikan adalah sepasang ginjal yang berbentuk
memanjang dan berwarna coklat. Pada ikan bertulang sejati (misal: ikan mas),
saluran ginjal dan saluran kelamin bermuara di satu tempat yang disebut lubang
urogenital yang terletak di belakang anus. Sebagian ikan bertulang rawan
memiliki kelenjar pada permukaan kulitnya. Kelenjar tersebut berfungsi untuk
menghasilkan lendir untuk melicinkan tubuh ikan sehingga memudahkan gerakan
ikan di dalam air
Alat pengeluaran ikan terdiri dari Insang yang
mengeluarkan CO2 dan H2O,
Kulit ; kelenjar kulitnya mengeluarkan lendir
sehingga tubuhnya licin untuk memudahkan gerak di dalam air.,Sepasang ginjal (sebagian besar) yang mengeluarkan
urine.dua tipe ginjal pada ikan, yaitu;
1. Pronefros, Ginjal pronefros
adalah yang paling primitif, meski terdapat pada perkembangan
embrional sebagian besar ikan, tetapi saat dewasa tidak fungsional, fungsinya akan
digantikan oleh mesonephros. Perkecualian pada ikan‘hagfish’(Myxine) dan lamprey.
embrional sebagian besar ikan, tetapi saat dewasa tidak fungsional, fungsinya akan
digantikan oleh mesonephros. Perkecualian pada ikan‘hagfish’(Myxine) dan lamprey.
2. Mesonefros, Ginjal ikan bertipe
mesonefros, berfungsi seperti opistonefros pada embrio emniota.
Keduanya mirip, perbedaan prinsip adalah kaitannya dengan sistem
peredaran darah, tingkatkompleksitas, dan pada efisiensinya.Jumlah glomerulus
ikan air tawar lebih banyak dan diameternya lebih besar dibandingkan dengan
ikan laut.Ikan beradaptasi terhadap lingkungannya dengan cara khusus. Terdapat
perbedaan adaptasi antara ikan air laut dan ikan air tawar dalam proses
eksresi. Keduanya memiliki cara yang berlawanan dalam mempertahankan
keseimbangan kadar garam di dalam tubuhnya.Mekanisme eksresi ikan air tawar berbeda dengan ikan air
laut.Ikan air tawar mengeksreksi ammonia dan aktif menyerap ion anorganik
melalui insang serta mengeluarkan urine dalam jumlah besar.Sebalknya pada air
laut mengeksresksikan sampah nitrogen berupa trimetilamin oksida (TMO),
mengekresikan ion-ion lewat insang dan mengeluarkan urine sedikit.
2. SISTEM EKSRESI PADA MAMALIA
Sistem Ekskresi pada mamalia hampir
sama dengan manusia tetapi sedikit berbeda karena mamalia
dipengaruhi/disebabkan oleh lingkungan tempat tinggalnya. Paru-paru mamalia
mempunyai permukaan ber spon (spongy texture) dan dipenuhi liang epitelium
dengan itu mempunyai luas permukaan per isipadu yang lebih luas berbanding luas
permukaan paru-paru.. Paru-paru terletak di dalam rongga dada (thoracic
cavity), dilindungi oleh struktur bertulang tulang selangka dan diselaputi
karung dwi dinding dikenali sebagai pleura. Lapisan karung dalam melekat
pada permukaan luar paru-paru dan lapisan karung luar melekat pada dinding
rongga dada. Kedua lapisan ini dipisahkan oleh lapisan udara yang dikenali
sebagai rongga pleural yang berisi cecair pleural ini membenarkan
lapisan luar dan dalam berselisih sesama sendiri, dan menghalang ia daripada
terpisah dengan mudah.
3.
SISTEM EKSKRESI PADA AMFIBI
Saluran ekskresi pada katak yaitu ginjal, paru-paru,dan
kulit. Saluran ekskresi pada katak jantan & betina memiliki perbedaan, pada
katak jantan saluran kelamin & saluran urin bersatu dengan ginjal,
sedangkan pada katak betina kedua saluran itu terpisah.Walaupun begitu alat
lainnya bermuara pada satu saluran dan lubang pengeluaran yang disebut kloaka.
4. SISTEM EKSKRESI PADA REPTIL
Sistem
ekskresi pada reptil berupa ginjal, paru-paru,kulit dan kloaka. Kloaka
merupakan satu-satunya lubang untuk mengeluarkan zat-zat hasil
metabolisme.Reptil yang hidup di darat sisa hasil metabolismenya berupa asam
urat yang dikeluarkan dalam bentuk bahan setengah padat berwarna putih.
5. SISTEM EKSKRESI PADA CACING TANAH
Cacing
tanah memiliki alat pengeluaran berupa anus, kulit, dan nefridia. Anus
berfungsi mengeluarkan sisa-sisa makanan hasil proses pencernaan. Kulit
berfungsi untuk melepaskan karbon dioksida sebagai hasil dari proses oksidasi
dan nefridia berfungsi dalam pembuangan zat sisa metabolisme yang berbentuk
cair. Nefridia memiliki pangkal berupa corong bersilia yang disebut
nefrostom.Nefrostom berupa pembuluh panjang yang tergulung di dalam segmen
tubuh.Ujung pembuluh ini membesar membentuk gelembung yang membuka ke area luar
melalui lubang - lubang kecil yang disebut nefridiofor.Cairan tubuh ditarik ke
corong nefrostom masuk nefridia oleh gerakan otot dan gerakan silia. Saat
cairan tubuh mengalir lewat celah panjang nefrida, bahan - bahan yang berguna
seperti molekul makanan, air, dan ion akan diambil oleh sel - sel tertentu dari
nefridia. Bahan-bahan tersebut selanjutnya akan menembus pembuluh kapiler dan
disirkulasikan kembali. Zat sisa metabolisme berupa nitrogen dan sedikit air yang
tersisa di dalam nefridia kadang diekskresikan keluar.
6.SISTEM EKSKRESI PADA CACING PIPIH
Cacing
pipih mempunyai organ nefridium yang disebut sebagai protonefridium.Protonefridium
tersusun dari tabung dengan ujung membesar mengandung silia. Di dalam
protonefridium terdapat sel api yang dilengkapi dengan silia. Tiap sel api
mempunyai beberapa flagela yang gerakannya seperti gerakan api lilin. Air dan
beberapa zat sisa ditarik ke dalam sel api. Gerakan flagela juga berfungsi
mengatur arus dan menggerakan air ke sel api pada sepanjang saluran ekskresi.
Pada tempat tertentu, saluran bercabang menjadi pembuluh ekskresi yang terbuka
sebagai lubang di permukaan tubuh (nefridiofora).Air dikeluarkan lewat
lubang nefridiofora ini.Sebagian besar sisa nitrogen tidak masuk dalam saluran
ekskresi.Sisa nitrogen lewat dari sel ke sistem pencernaan dan diekskresikan
lewat mulut.Beberapa zat sisa berdifusi secara langsung dari sel ke air.
7. SISTEM EKSKRESI PADA
MOLLUSKA
molluska
mempunyai organ nefridium yang disebut metanefridium, setiap
segmen dalam tubuhnya mengandung sepasang metanefridium, kecuali pada
tiga segmen pertama dan terakhir.
Metanefridium
memiliki dua lubang. Lubang yang pertama berupa corong, disebut nefrostom(di
bagian anterior) dan terletak pada segmen yang lain. Nefrostom bersilia dan
bermuara di rongga tubuh (pseudoselom). Rongga tubuh ini berfungsi
sebagai sistem pencernaan. Corong (nefrostom) akan berlanjut pada
saluran yang berliku-liku pada segmen berikutnya.
|
Bagian
akhir dari saluran yang berliku-liku ini akan membesar seperti gelembung.
Kemudian gelembung ini akan bermuara ke bagian luar tubuh melalui pori yang
merupakan lubang (corong) yang kedua, disebut nefridiofor. Cairan tubuh ditarik
ke corong nefrostom masuk ke nefridium oleh gerakan silia dan otot. Saat cairan
tubuh mengalir lewat celah panjang nefridium, bahan-bahan yang berguna seperti
air, molekul makanan, dan ion akan diambil oleh sel-sel tertentu dari tabung.
Bahan-bahan ini lalu menembus sekitar kapiler dan disirkulasikan lagi.Sampah
nitrogen dan sedikit air tersisa di nefridium dan diekskresikan
keluar.Metanefridium berlaku seperti penyaring yang menggerakkan sampah dan
mengembalikan substansi yang berguna ke sistem sirkulasi.
8.ALAT EKSKRESI PADA
BELALANG (INSEKTA)
Alat
pengeluaran pada serangga dinamakan buluh malpighi yang merupakan pembuluh -
pembuluh halus berwarna putih kekuning kuningan yang terletak diantara usus
tengah dan usus belakang. Buluh malpighi bermuara ke dalam usus. Buluh malpighi
merupakan alat pengeluaran yang berfungsi seperti ginjal. Serangga juga
mempunyai sistem trakea untuk mengeluarkan zat sisa hasil proses oksidasi
berupa karbon dioksida. Sistem trakea ini berfungsi seperti paru -
paru.Nitrogen merupakan zat sisa metabolisme yang sebagian digunakan kembali
dalam pembuatan zat kitin.Nitrogen yang sebagian lagi dibuang dalam bentuk asam
urat kering Belalang tidak dapat mengekskresikan amonia dan harus memelihara
konsentrasi air di dalam tubuhnya.Amonia yang diproduksinya diubah menjadi
bahan yang kurang toksik yang disebut asam urat. Asam urat berbentuk
kristal yang tidak larut.
9.SISTEM EKSKRESI PADA PROTOZOA (Hewan bersel satu)
Protozoa
tidak memiliki organ pengeluaran khusus sehingga zat sisa metabolismenya
dikeluarkan melalui rongga berdenyut (vakuola kontraktil) atau melalui kulit
secara difusi dan osmosis
11. SISTEM EKSKRESI PADA BURUNG
Alat
pengeluaran pada burung berupa pari-pari, hati, ginjal, dan kulit.aluran
ginjal, saluran kelamin, dan saluran pencernaan bermuara pada sebuha lubang yang
disebut kloaka.Burung menghasilkan kelenjar minyak yang terdapat pada ujung
ekornya.kelenjar ini menghasilkan minyak untuk membasahi bulu-bulunya
C. Osmoregulasi
1. Pengertian
Osmoregulasi
Secara umum proses osmoregulasi adalah upaya atau kemampuan untuk mengontrol keseimbangan air dan ion
antara di dalam tubuh dan lingkungannya melalui mekanisme pengaturan tekanan
osmose. Proses osmoregulasi diperlukan karena adanya perbedaan konsentrasi
cairan tubuh dengan lingkungan disekitarnya. Jika sebuah sel menerima terlalu
banyak air maka ia akan meletus, begitu pula sebaliknya, jika terlalu sedikit
air, maka sel akan mengerut dan mati. Osmoregulasi juga berfungsi ganda sebagai
sarana untuk membuang zat-zat yang tidak diperlukan oleh sel atau organisme
hidup.
Hal ini penting dilakukan terutama oleh organisme perairan
karena :
1.
Harus terjadi keseimbangan antara substansi tubuh dan lingkungan.
2.
Membran sel yang merupakan tempat lewatnya beberapa substansi yang bergerak
cepat.
3.Adanya
perbedaan tekanan osmose antara cairan tubuh dan lingkungan.
Dalam proses inti osmoregulasi, terjadi suatu peristiwa
osmosis, dimana perpindahan cairan yang encer ke cairan yang pekat shingga akan
tercipta suatu kondisi konsentrasi yang sama dan disebut dengan
isotonis. Isotonis adalah dua macam larutan yang mempunyai tekanan osmotik sama
(isoosmotik) Pada kondisi Osmoregulasi: isotonis adalah tekanan osmotik dua
macam cairan misal: tekanan osmotik antara cairan tubuh dan air laut
(lingkungan hidup hewan).
Dalam
keadaan normal (osmosis), cairan akan mengalir dari cairan yang encer menuju
cairan yang pekat. Agar tidak mengalir dari cairan yang encer ke cairan yang
pekat, maka diberikan tekanan dengan besaran tertentu, dan tekanan ini disebut
dengan tekanan osmotic larutan (besarnya tekanan yang diperlukan untuk mencegah
aliran cairan encer ke bagian pekat).
Tekanan
osmotic sama dengan konsentrasi osmotic, sehingga apabila tekanan osmotic
tinggi, maka larutankonsentrasi osmotic juga akan tinggi. Sehingga akan
diperoleh larutan yang Hiperosmotik (larutan yang mempunyai konsentrasi osmotik
lebih tinggi daripada larutan yang lain) dan larutan yang Hipoosmotik (larutan
yang memiliki konsentrasi osmotik lebih rendah daripada larutan lainnya.)
Untuk organisme akuatik, proses tersebut digunakan sebagai
langkah untuk menyeimbangkan tekanan osmose antara substansi dalam tubuhnya
dengan lingkungan melalui sel yang permeabel. Dengan demikian, semakin jauh
perbedaan tekanan osmotik antara tubuh dan lingkungan, semakin banyak energi metabolisme
yang dibutuhkan untuk mmelakukan osmoregulasi sebagai upaya adaptasi, hingga
batas toleransi yang dimilikinya.Oleh karena itu, pengetahuan tentang
osmoregulasi sangat penting dalam mengelola kualitas air media pemeliharaan,
terutama salinitas.Hal ini karena dalam osmoregulasi, proses regulasi terjadi
melalui konsentrasi ion dan air di dalam tubuh dengan kondisi dalam lingkungan
hidupnya.
Regulasi ion dan air pada ikan terjadi hipertonik, hipotonik
atau isotonik tergantung pada perbedaan (lebih tinggi, lebih rendah atau sama)
konsentrasi cairan tubuh dengan konsentrasi media1,2. Perbedaan
tersebut dapat dijadikan sebagai strategi dalam menangani komposisi cairan
ekstraselular dalam tubuh ikan2. Untuk ikan-ikan potadrom yang
bersifat hiperosmotik terhadap lingkungannya dalam proses osmoregulasi, air
bergerak ke dalam tubuh dan ion-ion keluar ke lingkungan dengan cara
difusi. Keseimbangan cairan tubuhnya dapat terjadi dengan cara meminum
sedikit air atau bahkan tidak minum sama sekali. Kelebihan air dalam
tubuhnya dapat dikurangi dengan membuangnya dalam bentuk urin. Untuk
ikan-ikan oseanodrom yang bersifat hipoosmotik terhadap lingkungannya, air
mengalir secara osmose dari dalam tubuhnya melalui ginjal, insang dan kulit ke
lingkungan, sedangkan ion-ion masuk ke dalam tubuhnya secara difusi1,2.
Sedangkan untuk ikan-ikan eurihalin, memiliki kemampuan untuk dengan cepat
menyeimbangkan tekanan osmotik dalam tubuhnya dengan media (isoosmotik), namun
karana kondisi lingkungan perairan tidak selalu tetap, maka proses ormoregulasi
seperti halnya ikan potadrom dan oseanodrom tetap terjadi
Ada 3 pola regulasi ion dan air yakni :
1. Regulasi Hipertonik atau Hiperosmotik, yaitu pengaturan aktif konsentrasi cairan tubuh yang lebih tinggi dari konsentrasi lingkungan, misalnya pada petadrom (Ikan air tawar), Mempertahankan konsentrasi cairan tubuhnya dengan mengurangi minum dan memperbayak urin.
2. Regulasi Hipotenik atau Hipoosmotik, yaitu pengaturan secara aktif konsentrasi cairan tubuh yang lebih rendah dari konsentrasi lingkungan, misalnya pada oseandrom (Ikan air laut), meperbanyak minum dan mengurangi volume urin.
3. Regulasi isotonik atau Isoosmotik, yaitu bila konsentrasi cairan tubuh sama dengan konsentrasi lingkungan, misalnya ikan yang hidup pada daerah estuari. Diadrom, melakukan aktivitas osmoregulasi seperti potadrom bila berada di air tawar dan seperti oseanodrom bila berada di air laut.
1. Regulasi Hipertonik atau Hiperosmotik, yaitu pengaturan aktif konsentrasi cairan tubuh yang lebih tinggi dari konsentrasi lingkungan, misalnya pada petadrom (Ikan air tawar), Mempertahankan konsentrasi cairan tubuhnya dengan mengurangi minum dan memperbayak urin.
2. Regulasi Hipotenik atau Hipoosmotik, yaitu pengaturan secara aktif konsentrasi cairan tubuh yang lebih rendah dari konsentrasi lingkungan, misalnya pada oseandrom (Ikan air laut), meperbanyak minum dan mengurangi volume urin.
3. Regulasi isotonik atau Isoosmotik, yaitu bila konsentrasi cairan tubuh sama dengan konsentrasi lingkungan, misalnya ikan yang hidup pada daerah estuari. Diadrom, melakukan aktivitas osmoregulasi seperti potadrom bila berada di air tawar dan seperti oseanodrom bila berada di air laut.
2. Kriteria
Hewan Dalam Osmoregulasi
Hewan osmoregulator merupakan hewan yang mampu melakukan
osmoregulasi dengan baik. Sedangkan Hewan Osmokonformer merupakan hewan yang
tidak mampu mempertahankan tekanan osmotik, sehingga harus beradaptasi agar
bertahan hidup dengan syarat perubahan lingkungan tidak besar dan dalam
kisaran toleransi.
Dalam lingkungan, tentunya akan menciptakan suatu kondisi
yang mendukung dan ancaman bagi kelangsungan hidup hewan. Sehingga perlu
mekanisme osmoregulasi, dan setiap hewan berbeda-beda dengan variasi yang
sangat luas tergantung kemampuan dan jenis organ tubuh hewan dan kondisi
lingkungan hewan. Pada invertebrate laut disebut dengan hewan osmokonformer
yaitu konsentrasi osmotik cairan tubuh sama dengan air laut dan terjadi
keseimbangan osmotik cairan tubuh hewan dengan lingkungannya. Dan apabila tidak
dalam kondisi keseimbangan ionik akan terjadi perbedaan komposisi ion yang
menghasilkan gradien konsentrasi.
Cara
hewan melakukan pengaturan konsentrasi ion yaitu dengan mensekresi atau
menyerap ion secara aktif.
· Pada ubur-ubur, ion SO42-
dikeluarkan dari dalam tubuh untuk meningkatkan daya apungnya (buoyancy). SO42-
merupakan ion yang relatif berat sehingga mengurangi konsentrasinya berarti
meningkatkan daya apung.
·Pada
gurita,mempertahankan konsentrasi cairan tubuhnya tetap hiperosmotik.
· Pada Krustasea mempertahankan kondisi
hipoosmotik dalam cairan tubuhnya.
· Sedangkan pada hewan dengan
konsentrasi ion yang tidak diatur dengan cara khusus, terjadi melalui permukaan
tubuh, insang, makanan yang ditelan, dan dengan menghasilkan zat sisa (misalnya
urin).
3.Osmoregulasi
ikan di air laut
Ikan laut hidup di lingkungan yang hipertonik ke jaringan
dan cairan tubuh, sehingga cenderung kehilangan air melalui kulit dan insang,
dan kebobolan garam. Untuk mengatasi hilangnya air, r ikan laut minum 'sebanyak mungkin. Dengan demikian berarti juga
akanmeningkatkan kandungan garam dalam cairan tubuh. Fakta dehidrasi dapat
dicegah oleh proses ini dan kelebihan garam harus dihilangkan. Karena ikan
dipaksa oleh kondisi untuk mempertahankan osmotik air, volume urine kurang dari
ikan air tawar.Tubuli ginjal dapat berfungsi sebagai penghalang air. Jumlah
glomeruli ikan laut cenderung lebih sedikit dan bentuk yang lebih kecil
daripada di ikan air tawar Sekitar 90% dari nitrogen limbah yang dapat dihapus
melalui insang, sebagian besar dalam bentuk amonia dan sedikit urea. Namun,
urine masih mengandung sedikit senyawa.
4.Osmoregulasi
pada Hewan di Lingkungan Air Tawar.
Masalah yang dihadapi hewan air
tawar, merupakan kebalikan dari hewan air laut.Yaitu tekanan Osmotik cairan
tubuh hewan air tawar lebih tinggi dari lingkungannya (hiperosmotik/hipertonis).
Jika ini tidak dikendalikan atau offset, itu akan menyebabkan hilangnya garam
tubuh dan cairan tubuh mengencernya, sehingga cairan tubuh tidak dapat
mempertahankan fungsi fisiologis normal.
Ginjal
akan memompa kelebihan air keluar sebagai urin. Apakah ginjal glomerulus
dalamjumlah banyak dengan diameter besar. Hal ini dimaksudkan untuk lebih mampu
menahan tubuh garam sehingga tidak untuk memompa air keluar dan di seni yang
sama sebanyak mungkin.
Ketika cairan memasuki tubuh tubuli ginjal malpighi, glukosa
akan diserap kembali di proximallis tubuli dan garam diserap dalam tubuli
distal. Ginjal dinding tubuli impermiable (kedapair, kedap air). Ikan keluar
dari air yang sangat encer dan seniyang mengandun g sejumlah kecil senyawa
nitrogen..
5.Osmoregulasi
pada Hewan di Lingkungan Darat.
Hewan di Lingkungan Darat memiliki keuntungan hewan yang
berhasil hidup di darat dan mudah memperoleh oksigen.Sedangkan kerugiannya
yaitu masalah keseimbangan air dan ion mudah terancam dehidrasi.Kehilangan air
yitu berupa penguapan yang dipengaruhi oleh Kandungan uap air di atmosfer,
Gerakan udara, Tekanan barometrik, Luas permukaan penguapan, dan suhu. Pada
Invertebrata darat, umumnya merupakan golongan Artropoda, Insekta, dan
laba-laba, yang paling banyak ialah Insekta. Untuk membatasi pelepasan air
dilakukan respirasi discontinue dan karbon dioksida dilepaskan secara periodic
(setiap kali inspirasi tidak selalu diikuti dengan ekspirasi). kondisi ketika
spirakel bergetar, tekanan trakea lebih rendah daripada atmosfir, udara masuk
ke trakea dan udara dicegah keluar dari trakea , sehingga INSPIRASI tidak
selalu diikuti dengan EKSPIRASI.
Cara lain penghematan pengeluaran air pada Insekta yaitu
melalui pengeluaran faeses dan urin berupa/dalm bentuk asamurat. Asam urat tidak
dikeluarkan dari tubuh, tapi ditimbun di permukaan tubuh membentuk struktur
yang mirip kutikula.Cara insekta memperoleh air yaitu dengan menyerap uap air
dari lingkungan dan dari makanan/minuman.
Vertebrata yang berhasil berkembang di lingkungan darat, memperoleh
air dari air minum dan makanan, dan untuk menghemat air vertebrata
melakukan berbagai cara yang cukup bervariasi. Cara mengatasi tidak banyak
kehilangan air yaitu dengan memiliki kulit yang kering dan bersisik,
menghasilkan feses kering, menghasilkan asam urat, mereabsorbsi urin
encer yang di kandung kemih.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan :
1.
Sistem ekresi adalah proses
pengeluaran zat-zat sisa hasil metabolisme yang sudah tidak digunakan lagi oleh
tubuh. seperti CO2, H2O,
NH3, zat warna empedu dan asam urat.
2.
Zat
hasil metabolisme yang tidak diperlukan oleh tubuh akan dikeluarkan melalui
alat ekskresi.
3.
Alat
ekskresi yang dimiliki oleh makhluk hidup berbeda-beda. Semakin tinggi tingkatan mahluk hidup,
semakin kompleks alat ekskresinya.
4.
Secara
umum proses osmoregulasi adalah upaya atau kemampuan hewan air untuk mengontrol
keseimbangan air dan ion antara di dalam tubuh dan lingkungannya melalui
mekanisme pengaturan tekanan osmose.
5.
Proses
osmoregulasi diperlukan karena adanya perbedaan konsentrasi cairan tubuh dengan
lingkungan disekitarnya. Jika sebuah sel menerima terlalu banyak air maka ia
akan meletus, begitu pula sebaliknya, jika terlalu sedikit air, maka sel akan
mengerut dan mati.
6.
Osmoregulasi
juga berfungsi ganda sebagai sarana untuk membuang zat-zat yang tidak
diperlukan oleh sel atau organisme hidup.
DAFTAR
PUSTAKA
Yanto.A. Sistem ekresi pada
manisia.2010.http://alvyanto.blogspot.com/2010/01/sistem-ekskresi-manusia.html#ixzz1pe5F53MN
http://asepramdanh.blogspot.com/2011/01/osmoregulasi.html
0 komentar:
Posting Komentar