LAPORAN
PRAKTIKUM PEMBUATAN TEMPE
DISUSUN OLEH :
FIRSA
ALFIANDRI (V0B012002)
PROGRAM STUDI BIOLOGI
AKADEMI KOMUNITAS LABTEC SEDEC
P4TK IPA BANDUNG
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Tempe
adalah makanan yang populer di negara kita. Meskipun merupakan makanan yang
sederhana, tetapi tempe mempunyai atau mengandung sumber protein nabati yang
cukup tinggi. Tempe adalah makanan yang dibuat dari fermentasi terhadap
biji kedelai atau beberapa bahan lain yang menggunakan beberapa jenis kapang Rhizopus,
seperti Rhizopus oligosporus, Rh. oryzae, Rh.
stolonifer (kapang roti), atau Rh.
arrhizus, sehingga membentuk padatan kompak
berwarna putih. Sediaan fermentasi ini secara umum dikenal sebagai ragi
tempe. Warna putih pada tempe disebabkan adanya miselia jamur yang tumbuh
pada permukaan biji kedelai. Tekstur kompak juga disebabkan oleh mise1ia jamur
yang menghubungkan biji-biji kedelai tersebut. Banyak sekali jamur yang aktif
selama fermentasi, tetapi umumnya para peneliti menganggap bahwa Rhizopus
sp merupakan jamur yang paling dominan. Jamur yang
tumbuh pada kedelai tersebut menghasilkan enzim-enzim yang mampu merombak
senyawa organik kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana sehingga senyawa
tersebut dengan cepat dapat dipergunakan oleh tubuh.
Tempe
banyak dikonsumsi di Indonesia, tetapi sekarang telah mendunia. Kaum vegetarian di seluruh dunia banyak yang telah menggunakan tempe
sebagai penggantidaging. Akibatnya sekarang tempe diproduksi di banyak tempat di
dunia, tidak hanya diIndonesia. Berbagai penelitian di sejumlah negara, seperti Jerman, Jepang, dan Amerika Serikat. Indonesia juga sekarang berusaha mengembangkan galur (strain) unggul Rhizopusuntuk
menghasilkan tempe yang lebih cepat, berkualitas, atau memperbaiki kandungan
gizi tempe. Beberapa pihak mengkhawatirkan kegiatan ini dapat mengancam
keberadaan tempe sebagai bahan pangan milik umum karena galur-galur ragi tempe
unggul dapat didaftarkanhak patennya sehingga penggunaannya dilindungi undang-undang
(memerlukan lisensi dari pemegang hak paten).
Jamur Rhizopus
oryzae merupakan jamur yang sering
digunakan dalam pembuatan tempe (Soetrisno, 1996). Jamur Rhizopus
oryzae aman dikonsumsi karena tidak
menghasilkan toksin dan mampu menghasilkan asam laktat (Purwoko dan Pamudyanti,
2004). Jamur Rhizopus oryzae mempunyai kemampuan mengurai lemak kompleks menjadi
trigliserida dan asam amino (Septiani, 2004). Selain itu jamur Rhizopus
oryzae mampu menghasilkan
protease (Margiono, 1992). Menurut Sorenson dan Hesseltine (1986),Rhizopus
sp tumbuh baik pada kisaran pH 3,4-6. Pada penelitian
semakin lama waktu fermentasi, pH tempe semakin meningkat sampai pH 8,4,
sehinggajamur semakin menurun karena pH tinggi kurang sesuai untuk pertumbuhan
jamur. Secara umum jamur juga membutuhkan air untuk pertumbuhannya, tetapi
kebutuhan air jamur lebih sedikit dibandingkan dengan bakteri. Selain pH dan
kadar air yang kurang sesuai untuk pertumbuhan jamur, jumlah nutrien dalam
bahan, juga dibutuhkan oleh jamur.
Pada
dasarnya proses pembuatan tempe merupakan proses penanaman mikroba jenis jamur
Rhizopus sp pada media kedelai, sehingga terjadi proses fermentasi kedelai oleh
ragi tersebut. Hasil fermentasi menyebabkan tekstur kedelai menjadi lebih
lunak, terurainya protein yang terkandung dalam kedelai menjadi lebih
sederhana, sehingga mempunyai daya cerna lebih baik dibandingkan produk pangan
dari kedelai yang tidak melalui proses fermentasi.
Tempe
terbuat dari kedelai dengan bantuan jamur Rhizopus sp. Jamur ini akan mengubah
protein kompleks kacang kedelai yang sukar dicerna menjadi protein sederhana
yang mudah dicerna karena adanya perubahan-perubahankimia pada protein, lemak,
dan karbohidrat. Selama proses fermentasi kedelai menjadi tempe, akan
dihasilkan antibiotika yang akan mencegah penyakit perut seperti diare.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang
di atas penulis dapat merumuskan :
1. Bagaimanakah
proses pembuatan tempe?
C. Tujuan
Penulisan
Adapun
tujuan penulisan yang menjadi acuan penulis untuk membuat laporan hasil
penelitian ini adalah sebagai berikut
1.
Mengetahui bagaimana
proses pembuatan tempe.
D. Manfaat
Penulisan
Hasil
penulisan laporaan hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, baik
secara teoritis maupun praktis. Secara teoritis, diharapkan dapat hasil
penulisan laporan hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi teori bagi
penulisan laporan hasil penelitian yang lain yang sejenis dengan judul laporan
hasil penelitian ini.
Secara
praktis, hasil penulisan makalah ini diharapkan juga dapat bermanfaat sebagai
berikut :
1) Menjadi
sumber acuan bagi masyarakat atau siapapun yang hendak melakukan penulisaan
makalah dan ada kaitannya dengan pengaruh peranan mikroorganisme Rhizopus
Oryzae dalam proses pembuatan tempe serta bagaimana proses pembuatan
tempe.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kajian
Pustaka
1. Pembuatan
Tempe
Pada
dasarnya proses pembuatan tempe merupakan proses penanaman mikroba jenis jamur
Rhizopus sp pada media kedelai, sehingga terjadi proses fermentasi kedelai oleh
ragi tersebut. Hasil fermentasi menyebabkan tekstur kedelai menjadi lebih
lunak, terurainya protein yang terkandung dalam kedelai menjadi lebih
sederhana, sehingga mempunyai daya cerna lebih baik dibandingkan produk pangan
dari kedelai yang tidak melalui proses fermentasi.
Tempe
terbuat dari kedelai dengan bantuan jamur Rhizopus sp. Jamur ini akan mengubah
protein kompleks kacang kedelai yang sukar dicerna menjadi protein sederhana
yang mudah dicerna karena adanya perubahan-perubahankimia pada protein, lemak,
dan karbohidrat. Selama proses fermentasi kedelai menjadi tempe, akan
dihasilkan antibiotika yang akan mencegah penyakit perut seperti diare.
3. Produksi
tempe agar tahan lama
Untuk
tahan lama, tempe yang misalnya akan menjadi produk ekspor dapat di bekukan dan
dikirim ke luar negeri di dalam peti kemas pendingin. Proses membekukan tempu
untuk ekspor sbb : mula-mula tempe di iris-iris setebal 2 – 3 cm dan di
blanching direndam dalam air mendidih selama lima menit untuk mengaktifkan
kapang dan enzim. Kemudian tempe di bungkus dengan plastik selofan dan di
bekukan pada suhu 40 derajat Celcius sekitar 6 jam. Setelah beku disimpan pada
suhu beku sekitar 20 derajat celcius selama 100 hari tanpa mengalami perubahan
sifat penampak warna, bau dan rasa.
4. Pengawetan
Tempe
Agar
tempe yang ditelah jadi dapat bertahan lama tempe haruslah diawetkan. Adapun
cara untuk mengawetkan tempe yaitu :
Ø Pengeringan Tempe
Pengeringan
adalah suatu proses menghilangkan sebagian air dari suatu bahan.Tujuan utama
pengeringan adalah menurunkan aktivitas air (a) sampai pada tingkat tertentu,
sehingga aktivitas mikroorganisma dan reaksi kimia serta biokimia yang terjadi
ditekan seminimal mungkin sampai produk menjadi lebih awet.
Tempe
dapat diawetkan dengan cara pengeringan menggunakan alat pengering (oven).
Tempe yang akan dikeringkan mula-mula diiris-iris setebal 2,5 cm, kemudian
dikukus pada suhu 1000C selama 10 menit. Pengukusan ini penting,karena menurut
hasil penelitian Hermana et al. (1972) produk tempe kering yang dihasilkan
tanpa perlakuan pengukusan ternyata mempunyai rasa pahit. Kemudian tempe
dikeringkan dengan oven pada suhu 70oC selama 6 – 10 jam.
Hasil akhir merupakan tempe kering yang mempunyai kadar air 4 – 8 persen. Tingkat kadar air yang rendah ini memungkinkah tempe dapat disimpan pada suhu kamar (dengan cara dibungkus plastik) selama berbulanbulan tanpa terjadi perubahan warna dan citarasa (flavor). Jika akan dipakai, tempe kering tersebut harus direkonstitusi dengan cara perendaman menggunakan air panas (90 – 1000C) selama 5 – 10 menit.
Hasil akhir merupakan tempe kering yang mempunyai kadar air 4 – 8 persen. Tingkat kadar air yang rendah ini memungkinkah tempe dapat disimpan pada suhu kamar (dengan cara dibungkus plastik) selama berbulanbulan tanpa terjadi perubahan warna dan citarasa (flavor). Jika akan dipakai, tempe kering tersebut harus direkonstitusi dengan cara perendaman menggunakan air panas (90 – 1000C) selama 5 – 10 menit.
Ø Pembekuan Tempe
Mula-mula
tempe diiris-iris setebal 2 – 3 cm dan diblancing dengan merendam dalam air
mendidih selama 5 menit untuk menginaktifkan kapang, enzim proteolitik dan
enzim lipolitik. Kemudian tempe dibungkus dengan plastik selofan dan dibekukan
pada suhu -24 sampai -400C. Setelah beku tempe dapat disimpan pada suhu beku
selama 100 hari tanpa mengalami perubahan sifat-sifat organoleptik (penampakan,
warna, bau dan rasa).
Ø Pengalengan Tempe
Pengalengan
makanan adalah suatu prose pengawetan makanan dengan mengepak bahan makanan
tersebut di dalam wadah gelas atau kaleng yang dapat ditutup secara hermetis
sehingga kedap udara, dipanaskan sampai suhu yang cukup untuk menghancurkan
mikroorganisme pembusuk dan patogen di dalam bahan, kemudian didinginkan dengan
cepat untuk mencegah terjadinya over cooking dari bahan makanan serta
menghindari aktifnya kembali bakteri tahan panas (thermofilik). Selama proses
pengalengan diusahakan agar pemanasan yang diberikan tidak mengakibatkan
kerusakan nilai gizi pangan yang dikalengkan.
a)
Persiapan Bahan
Mula-mula
tempe diiris-iris setebal 2 – 3 cm dengan panjang sebesar 2/3 panjang
kaleng/gelas jar dan diblancing dengan cara merendamkannya dalam air mendidih
selama 5 menit untuk menginaktifkan kapang enzim kapang enzim proteolitik dan
enzim lipolitik.
b)
Pengisian (filling)
1.Masukkan
potongan-potongan tempe ke dalam kaleng atau gelas jar sampai batas 0,25 inci
dari permukaan kaleng atau 0,5 inci jika digunakan gelas jar.
2.Tambahkan
larutan garam 2 persen dalam keadaan panas sampai batas 0,25 inci dari
permukaan baik kaleng maupun gelas jar. Larutan garam yang digunakan harus
bersih yang dapat dilakukan dengan cara penyaringan.
c)
Exhausting dan Penutupan
Kaleng
atau gelas yang telah diisi tersebut di exhaust dengan cara memanaskan di dalam
water bath sampai 2/3 bagian gelas jar atau kaleng terendam dan dibiarkan
sampai mencapai suhu 160oF selama 5 – 10 menit. Kemudian kaleng atau gelas jar
cepat-cepat ditutup dengan menggunakan alat double-seamer. Jangan membiarkan
kaleng atau gelas jar menjadi dingin sebelum processing.
d)
Processing
Masukkan kaleng atau gelas jar yang sudah ditutup tersebut ke dalam retort (otoklaf) kemudian disterilisasi pada suhu 240oF selama 30 menit untuk kaleng dan 35 menit untuk gelas jar.
Masukkan kaleng atau gelas jar yang sudah ditutup tersebut ke dalam retort (otoklaf) kemudian disterilisasi pada suhu 240oF selama 30 menit untuk kaleng dan 35 menit untuk gelas jar.
e)
Pendinginan
Dinginkan dengan segera kaleng yang sudah disterilisasi tersebut dalam air mengalir sampai kira-kira mencapai suhu 1000C. Untuk gelas jar, pendinginannya dilakukan dengan membiarkan di udara terbuka. Kemudian kaleng dikeringkan dengan lap bersih dan disimpan (Santoso, 2005).
Dinginkan dengan segera kaleng yang sudah disterilisasi tersebut dalam air mengalir sampai kira-kira mencapai suhu 1000C. Untuk gelas jar, pendinginannya dilakukan dengan membiarkan di udara terbuka. Kemudian kaleng dikeringkan dengan lap bersih dan disimpan (Santoso, 2005).
B. Proses
Pembuatan Tempe
1. Alat
dan Bahan
A) Alat :
Ø Baskom
Ø Saringan
Ø Dandang
Ø Kipas
angin/kipas
Ø Sotel
kayu
Ø Tampah
Ø Kompor
Ø Peralatan
lain yang diperlukan
B) Bahan
:
Ø Kacang
kedelai
Ø Ragi
tempe
Ø Kantong
plastic, atau daun pisang atau daun jati
2. Langkah
Kerja
a. Cucilah
tampah, ayakan, kipas angin dan cukil yang akan digunakan, kemudian keringkan.
b. Bersihkan
kacang kedelai dari bahan-bahan lain yang tercampur, kemudian cuci hingga
bersih.
c. Rendam
kacang kedelai yang telah dicuci bersih selama 12-18 jam dengan air dingin
biasa (proses hidrasi agar biji kedelai dapat menyerap air sebanyak mungkin)
d. Lepaskan
kulit biji kedelai yang telah lunak kemudian, cuci atau bilas dengan
menggunakan air bersih
e. Kukus
/ rebus biji kedelai tersebut sampai empuk.
f. Setelah
biji kedelai tersa empuk, tuangkan biji-biji tersebut pada tampah yang telah
dibersihkan, lalu diangin angin dengan kipas/kipas angin sambil di aduk hingga
biji-biji tersebut terasa hangat.
g. Taburkan
ragi tempe yang telah disiapkan sedikit demi sedikit sambil siaduk-duk supaya
merata (1,5 gram ragi tempe untuk 2 kg kedelai).
h. Siapkan
daun pisang atau kantong plasik atau daun jati untuk membungkus. Bila kantong
plastic yang digunakan sebagai pembungkus, berilah lubang-lubang kecil pada
kantong tersebut dengan menggunakan lidi atau garpu.
i. Masukkan
kedelai yang telah diberi ragi tempe (RAPRIMA) kedalam pembungkus, atur
ketebalannya sesuai dengan selera.
j. Proses
fermentasi kacang kedelai ini pada suhu kamar selama satu atau dua hari atau
hingga seluruh permukaan kacang kedelai tertutupi jamur.
Catatan :
1. Perhatikan
kebersihan tempat kerja dan kebersihan peralatan kerja akan meningkatkan
kualitas tempe yang dihasilkan.
2. Suhu
ruang yang lebih hangat mempercepat proses fermentasi jamur pada tempe.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Pada
dasarnya proses pembuatan tempe merupakan proses penanaman mikroba jenis jamur
Rhizopus sp pada media kedelai, sehingga terjadi proses fermentasi kedelai oleh
ragi tersebut. Hasil fermentasi menyebabkan tekstur kedelai menjadi lebih
lunak, terurainya protein yang terkandung dalam kedelai menjadi lebih
sederhana, sehingga mempunyai daya cerna lebih baik dibandingkan produk pangan
dari kedelai yang tidak melalui proses fermentasi.
Tempe
terbuat dari kedelai dengan bantuan jamur Rhizopus sp. Jamur ini akan mengubah
protein kompleks kacang kedelai yang sukar dicerna menjadi protein sederhana
yang mudah dicerna karena adanya perubahan-perubahankimia pada protein, lemak,
dan karbohidrat. Selama proses fermentasi kedelai menjadi tempe, akan
dihasilkan antibiotika yang akan mencegah penyakit perut seperti diare.
Untuk
tahan lama, tempe yang misalnya akan menjadi produk ekspor dapat di bekukan dan
dikirim ke luar negeri di dalam peti kemas pendingin. Proses membekukan tempu
untuk ekspor sbb : mula-mula tempe di iris-iris setebal 2 – 3 cm dan di blanching
direndam dalam air mendidih selama lima menit untuk mengaktifkan kapang dan
enzim. Kemudian tempe di bungkus dengan plastik selofan dan di bekukan pada
suhu 40 derajat Celcius sekitar 6 jam. Setelah beku disimpan pada suhu beku
sekitar 20 derajat celcius selama 100 hari tanpa mengalami perubahan sifat
penampak warna, bau dan rasa.
B. Saran
Sebaiknya
dalam melakukan percobaan dan penelitian melakukan secara serius dan cermat
serta selalu mempertimbangkan dari kebersihannya.
Dalam
melakukan percobaan sebaiknya tetap dalam pengawasan guru pembimbing, agar
hasilnya sesuai dengan apa yang kita harapkan.
0 komentar:
Posting Komentar