KATA
PENGANTAR
assalamu’alaikum
warahmatullahi wabarakatuh. alhamdulillahirabbilalamin. Segala puji bagi Allah
yang telah menolong kami menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan.
Tanpa pertolongan NYA mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan dengan
baik. shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta
yakni nabi muhammad SAW.
Makalah
ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang “Respirasi”, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber.
Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang
datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh
kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan.
Penyusun
juga mengucapkan terima kasih kepada semua dosen yang telah membimbing saya
dalam menjalankan perkuliahaan
Semoga
makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun
makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan
kritiknya. Terima kasih.
Bandung februari 2013
Penulis
RESPIRASI
Makalahinidisusungunamemenuhitugasmatakuliahbiologifungsi
NAMA : FIRSA ALFIANDRI
NIM :
VOBO12002
JURUSAN BIOLOGI TERAPAN
FAKULTAS BIOLOGI
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
…………………………………………………………….. i
DAFTAR ISI
……………………………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN
………………………………………………………… 1
1.1.Latar
Belakang ………………………………………………………… 1
1.2.Tujuan
…………………………………………………......................... . 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
………………………………………………….. 3
BAB III PEMBAHASAN…………………………………………………………. 5
3.1. Respirasi Pada Tumbuhan ……………………………………………... 5
3.1.1. Faktor Yang Mempengaruhi Laju
Respirasi…………………. 5
3.1.2. respirasi dapat dibedakan menjadi dua
macam ……………… 6
3.1.3. respirasi pada tumbuhan tingkat tinggi
……………………… 7
3.1.4. respirasi pada tumbuhan tingkat rendah
…………………….. 7
3.2. respirasi pada hewan …………………………………………………… 7
3.2.1. alat respirasi pada serangga
………………………………….. 7
3.2.2. alat respirasi pada kalajengking dan
laba-laba ………………. 8
3.2.3. alat respirasi pada ikan
………………………………………. 9
3.2.4. alat respirasi pada katak
……………………………………… 10
3.2.5. alat respirasi pada reptile …………………………………….. 12
3.2.6. alat respirasi pada burung
……………………………………. 12
BAB IV PENUTUP
………………………………………………………………… 14
4.1. kesimpulan ……………………………………………………………… 14
DAFTAR PUSTAKA
………………………………………………………………. 15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar
belakang
Dalam
pengertian sehari-hari, bernafas sekedar diartikan sebagai proses pertukaran
gas di paru-paru. Tetapi secara biologis, pengertian respirasi tidaklah
demikian. Pernafasan lebih menunjuk kepada proses pembongkaran atau pembakaran
zat sumber energi di dalam sel-sel tubuh untuk memperoleh energi atau tenaga.
Zat makanan sumber tenaga yang paling utama adalah karbohidrat.
Dari
berbagai cabang ilmu tumbuhan yang telah berdiri sendiri salah satunya adalah
fisiologi tumbuhan. Fisiologi tumbuhan yang mempelajari peri kehidupan tumbuhan
sudah demikian pesat berkembangnya juga didukung oleh beberapa ilmu seperti
anatomi tumbuhan, morfologi tumbuhan, dan sistematika tumbhan. Fisiologi
tumbuhan itu sendiri merupakan ilmu yang mempelajari atau mencari
keterangan-keterangan mengenai kehidupan tumbuhan. Untuk mempertahankan
kehidupannya, tumbuhan perlu mempunyai suatu penyediaan energi yang
berkesinambungan. Energi-energi tersebut diperoleh dari mengambil energi kimia
yang terbentuk dalam molekul organik yang disintesis oleh fotosintesis. Suatu
proses pelepasan energi yang menyeddiakan energi bagi keperluan sel itu
diseebut dengan respirasi. Respirasi sel tumbuhan berupa oksidasi molekul
organik oleh oksigen dari udara membentuk karbon dioksida dan air.
Tumbuhan
juga menyerap O2 untuk pernafasannya, umumnya diserap melalui daun (stomata).
Pada keadaan aerob, tumbuhan melakukan respirasi aerob. Bila dalam keadaan
anaerob atau kurang oksigen, jaringan melakukan respirasi secara anaerob. Misal
pada akar yang tergenang air. Pada respirasi aerob, terjadi pembakaran
(oksidasi) zat gula (glukosa) secara sempurna, sehingga menghasilkan energi
jauh lebih besar (36 ATP) daripada respirasi anaerob (2 ATP saja). Demikian
pula respirasi yang terjadi pada jazad renik (mikroorganisma). Sebagian
mikroorgaanisma melakukan respirasi aerobik (dengan zat asam), anerobik (tanpa
zat asam) atau cara keduanya (aerobik fakultatif).
Tumbuhan
terutama tumbuhan tingkat tinggi, untuk memperoleh makanan sebagai kebutuhan
pokoknya agar tetap bertahan hidup, tumbuhan tersebut harus melakukan suatu
proses yang dinamakan proses sintesis karbohidrat yang terjadi di bagian daun
satu tumbuhan yang memiliki kloropil, dengan menggunakan cahaya matahari.
Cahaya matahari merupakan sumber energi yang diperlukan tumbuhan untuk proses
tersebut. Tanpa adanya cahaya matahari tumbuhan tidak akan mampu melakukan
proses fotosintesis, hal ini disebabkan kloropil yang berada di dalam daun
tidak dapat menggunakan cahaya matahari karena kloropil hanya akan berfungsi
bila ada cahaya matahari (Dwidjoseputro, 1986).
Karbohidrat
merupakan senyawa karbon yang terdapat di alam sebagai molekul yang kompleks
dan besar. Karbohidrat sangat beraneka ragam contohnya seperti sukrosa,
monosakarida, dan polisakarida. Monosakarida adalah karbohidrat yang paling
sederhana. Monosakarida dapat diikat secara bersama-sama untuk membentuk dimer,
trimer dan lain-lain. Dimer merupakan gabungan antara dua monosakarida dan
trimer terdiri dari tiga monosakarida (Kimball, 2002).
Fotosintesis
merupakan proses sintesis senyawa organik (glukosa) dari zat anorganik (CO2 dan
H2O) dengan bantuan energi cahaya matahari. Dalam proses ini energi radiasi
diubah menjadi energi kimia dalam bentuk ATP dan NADPH + H yang selanjutnya
akan digunakan untuk mereduksi CO2 menjadi glukosa. Maka persamaan reaksinya
dapat dituliskan : Kloropil
1.2 Tujuan
Tujuan
dari penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui proses respirasi yang terjadi
pada tumbuhan dan hewan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian Respirasi
Respirasi adalah proses penguraian
bahan makanan yang menghasilkan energi. Respirasi dilakukan oleh semua penyusun
tubuh, baik sel-sel tumbuhan maupun sel hewan dan manusia. Respirasi dilakukan
baik pada siang maupun malam hari. Sebagaimana kita ketahui dalam semua
aktivitas makhluk hidup memerlukan energi begitu juga dengan tumbuhan.
Respirasi terjadi pada seluruh bagian tubuh tumbuhan, pada tumbuhan tingkat
tinggi respirasi terjadi baik pada akar, batang maupun daun dan secara kimia
pada respirasi aerobik pada karbohidrat (glukosa) adalah kebalikan
fotosintesis. Pada respirasi pembakaran glukosa oleh oksigen kan menghasilkan
energi karena semua bagian tumbuhan tersusun atas jaringan dan jaringan
tersusun atas sel, maka respirasi terjadi pada sel (Campbell, 2002).
Tumbuhan hijau bernapas dengan
mengambil oksigen dari lingkungan, tidak semua tumbuhan bernapas dengan
menggunakan oksigen. Tumbuhan tak berklorofil benapas tanpa memerlukan oksigen.
Tujuan proses pernapasan, yaitu untuk memperoleh energi. Pada peristiwa
bernapas terjadi pelepasan energi. Tumbuhan yang bernapas secara anaeraob
mendapatkan energi dengan car menguraikan bahan – bahan tertentu dimana mereka
hidup. Dalam proses pernapasan aerob / anaerab. akan dihasilkan gas karbon
dioksida dan uap air. Gas dan uap air tersebut dikeluarkan dari tubuh. Oksigen
diperlukan dan karbon dioksida yang dihasilkan masuk dan keluar dari tubuh
secara difusi.
Gas – gas tersebut masuk dan keluar
melalui stomata yang ada pada permukaan daun dan inti sel yang ditemukan pada
kulit batang pegangan. Akar yang berada dalam tanah juga dapat melakukan proses
keluar msuknya gas. Tumbuhan yang hidup di daerah rawa/berlumpur mempunyai akar
yang mencuat keluar deari tanah. Akar ini disebut akar panas. Kandungan katalis
disebut juga enzim, enzim sangat penting untuk siklus reaksi respirasi
(sebaik-baiknya proses respirasi ). Beberapa reaksi kimia membolehkan mencampur
dengan fungsi dari enzim atau mengkombinasikan sisi aktifnya. Penggunaan ini
akan dapat dilihat hasilnya pada inhibitor dari aktivitas enzim (Kimball,
1983).
Mahluk hidup memerlukan respirasi untuk mempertahankan
hidupnya, begitu pula pada tumbuhan. Respirasi pada tumbuhan menyangkut proses
pembebasan energi kimiawi menjadi energi yang diperlukan untuk aktivitas hidup
tumbuhan. Pada siang hari, laju proses fotosintesis yang dilakukan tumbuhan
sepuluh kali lebih besar dari laju respirasi. Hal itu menyebabkan seluruh
karbondioksida yang dihasilkan dari respirasi akan digunakan untuk melakukan
proses fotosintesis. Respirasi yang dilakukan tumbuhan menggunakan sebagian
oksigen yang dihasilkan dari proses fotosintesis, sisanya akan berdifusi ke
udara melalui daun. Reaksi yang terjadi pada proses respirasi sebagai berikut
Reaksi penguraian glukosa sampai menjadi H2O, CO2 dan energi
melalui tiga tahap, yaitu glikolisis, daur Krebs, dan transpor elektron
respirasi. Glikolisis merupakan peristiwa perubahan glukosa menjadi 2 molekul
asam piruvat, 2 molekul NADH yang berfungsi sebagai sumber elektron berenergi
tinggi dan 2 molekul ATP untuk setiap molekul glukosa. Daur Krebs (daur
trikarboksilat) atau daur asam sitrat merupakan penguraian asam piruvat secara
aerob menjadi CO2 dan H2O serta energi kimia. Reaksi ini terjadi disertai
dengan rantai transportasi elektron respiratori. Produk sampingan respirasi
tersebut pada akhirnya dibuang ke luar tubuh melalui stomata pada tumbuhan.
Respirasi banyak memberikan manfaat bagi tumbuhan. Proses respirasi ini
menghasilkan senyawa-senyawa yang penting sebagai pembentuk tubuh.
Senyawasenyawa tersebut meliputi asam amino untuk protein, nukleotida untuk
asam nukleat, dan karbon untuk pigmen profirin (seperti klorofil dan sitokrom),
lemak, sterol, karotenoid, pigmen flavonoid seperti antosianin, dan senyawa
aromatik tertentu lainnya, seperti lignin. Sedangkan energi yang ditangkap dari
proses oksidasi dalam proses respirasidapat digunakan untuk mensintesis molekul
lain yang dibutuhkan untuk pertumbuhan.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1.
respirasi pada tumbuhan
Respirasi bertujuan untuk
menghasilkan energi. Energi hasil respirasi tersebut sangat diperlukan untuk
aktivitas hidup, seperti mengatur suhu tubuh, pergerakan, pertumbuhan dan
reproduksi. Jadi kegiatan pernafasan dan respirasi tersebut saling berhubungan
karena pada proses pernafasan dimasukkan udara dari luar (oksigen) dan oksigen
tersebut digunakan untuk proses respirasi guna memperoleh energi dan
selanjutnya sisa respirasi berupa gas karbon dioksida (CO2) dikelurkan melalui
proses pernafasan.
3.1.1 Laju respirasi dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yang dijelaskan sebagai berikut :
a. Ketersediaan substrat
Tumbuhan
dengan kandungan substrat yang rendah akan melakukan respirasi dengan laju yang
rendah pula. Demikian sebaliknya bila substrat yang tersedia cukup banyak maka
laju respirasi akan meningkat.
b. Ketersediaan Oksigen
Ketersediaan
oksigen akan mempengaruhi laju respirasi, namun besarnya pengaruh tersebut
berbeda bagi masing-masing spesies. Bahkan, pengaruh oksigen berbeda antara
organ satu dengan yang lain pada tumbuhan yang sama.
c. Suhu
Umumnya,
laju reaksi respirasi akan meningkat untuk setiap kenaikan suhu sebesar 10oC.
Namun, hal ini tergantung pada masing-masing spesies.
d. Tipe dan umur tumbuhan
Masing-masing
spesies tumbuhan memiliki perbedaan metabolisme sehingga kebutuhan tumbuhan
untuk berespirasi akan berbeda pada masing-masing spesies. Tumbuhan muda
menunjukkan laju respirasi yang lebih tinggi dibandingkan tumbuhan yang tua
(Ross, 1995).
3.1.2
Ditinjau dari kebutuhannya akan oksigen, respirasi dapat dibedakan
menjadi dua macam yaitu :
1. Respirasi Aerobik
(aerob)
Respirasi aerob yaitu respirasi yang menggunakan oksigen
oksigen bebas untuk mendapatkan energi. Persamaan reaksi proses respirasi aerob
secara sederhana dapat dituliskan :
C6H12O6 + 6H2O
–>>6H2O + 6CO2 + 675 kal
Dalam kenyataan reaksi yang terjadi tidak sesederhana itu.
Banyak tahapan yang terjadi dari awal hingga terbentuknya energi.
2. Respirasi Anaerobik
(anaerob)
Respirasi anaerobik adalah reaksi pemecahan karbohidrat
untuk mendapatkan energi tanpa menggunakan oksigen. Respirasi anaerobik
menggunakan senyawa tertentu misalnya asam fosfoenol piruvat atau asetal
dehida, sehingga pengikat hidrogen dan membentuk asam laktat atau alcohol.
Respirasi anaerobik terjadi pada jaringan yang kekurangan oksigen, akan
tumbuhan yang terendam air, biji-biji yang kulit tebal yang sulit ditembus
oksigen, sel-sel ragi dan bakteri anaerobik. Bahan baku respirasi anaerobik
pada peragian adalah glukosa. Selain glukosa, bahan baku seperti fruktosa,
galaktosa dan malosa juga dapat diubah menjadi alkohol. Hasil akhirnya adalah
alcohol, karbon dioksida dan energi. Glukosa tidak terurai lengkap menjadi air
dan karbondioksida, energi yang dihasilkan lebih kecil dibandingkan respirasi
aerobik. Reaksinya :
C6H12O6 Ragi >>
2C2H5OH + 2CO2 + 21 Kal
Dari
persamaan reaksi tersebut terlihat bahwa oksigen tidak diperlukan.Bahkan
bakteri anaerobik seperti klostidrium tetani (penyebab tetanus) tidak dapat
hidup jika berhubungan dengan udara bebas. Infeksi tetanus dapat terjadi jika
luka tertutup sehingga member kemungkinan bakteri tambah subur (Lukman, 1997).
3.1.3. Respirasi Pada Tumbuhan
Tinggkat Tinggi
Respirasi pada tumbuhan tingkat
tinggi berlangsung secara aerob, pada pernafasan ini terjadi proses pembebasan
energi dari sari makanan di dalam sel tubuh melalui proses oksidasi biologis,
Oksidasi biologis ada;ah suatu reaksi antara sari makanan dengan oksigen yang
menghasilkan karbon dioksida ( CO2 ), air (H2O) dan energi.Reaksikiia ini
merupakan reaksi enzimatis, enzim berperan sebagai katalisator ( pemercepat
proses reaksi ).
Energi yang dihasilkan dari pernafasan
digunakan oleh tumbuhan untuk mewlakukan berbagai kegiatan hidupnya, misalnya
untuk pertumbuhan dan melakukan kegiatan di dalam hidupnya, misalnya untuk
pertumbuhan,, pembentukan protein mengangkut mineral dari dalam tanah,
berkembang biak,serta melakukan proses fotosintesis.
3.1.4 Respirasi Pada TumbuhanTingkat
Rendah
Respirasi pada tumbuhan
tingkat rendah ada yang aaerob dan ada yang anaerob. Respirasi anaerob disebut
juga dengan fermentasi ( proses pengubahan senyawa utama menjadi senyawa bentuk
lain dengan bantuan enzim ), misalnya proses pembentukan alkohol dari glukosa
dengan bantuan jamur ragi (Saccharomyces ) seperti pembuatan tempe (Wilskins, 1993).
3.2. Respirasi Pada Hewan
Alat respirasi pada hewan bervariasi
antara hewan yang satu dengan hewan yang lain, ada yang berupa paru-paru,
insang, kulit, trakea, dan paruparu buku, bahkan ada beberapa organisme yang
belum mempunyai alat khusus sehingga oksigen berdifusi langsung dari lingkungan
ke dalam tubuh, contohnya pada hewan bersel satu, porifera, dan coelenterata.
Pada ketiga hewan ini oksigen berdifusi dari lingkungan melalui rongga tubuh.
3.2.1. Alat Respirasi
pada Serangga
Corong hawa (trakea) adalah alat
pernapasan yang dimiliki oleh serangga dan arthropoda lainnya. Pembuluh trakea
bermuara pada lubang kecil yang ada di kerangka luar (eksoskeleton) yang
disebut spirakel. Spirakel berbentuk pembuluh silindris yang berlapis zat
kitin, dan terletak berpasangan pada setiap segmen tubuh. Spirakel
men punyai katup yang dikontrol oleh
otot sehingga membuka dan menutupnya spirakel terjadi secara teratur. Pada
umumnya spirakel terbuka selama serangga terbang, dan tertutup saat serangga
beristirahat.
Gambar proses respirasi pada serangga
Oksigen dari luar masuk lewat spirakel.
Kemudian udara dari spirakel menuju pembuluh-pembuluh trakea dan selanjutnya
pembuluh trakea bercabang lagi menjadi cabang halus yang disebut trakeolus
sehingga dapat mencapai seluruh jaringan dan alat tubuh bagian dalam. Trakeolus
tidak berlapis kitin, berisi cairan, dan dibentuk oleh sel yang disebut
trakeoblas. Pertukaran gas terjadi antara trakeolus dengan sel-sel tubuh.
Trakeolus ini mempunyai fungsi yang sama dengan kapiler pada sistem
pengangkutan (transportasi) pada vertebrata.
3.2.2. Alat Pernapasan
pada Kalajengking dan Laba-laba
Kalajengking dan laba-laba besar
(Arachnida) yang hidup di darat memiliki alat pernapasan berupa paru-paru buku,
sedangkan jika hidup di air bernapas dengan insang buku.
Paru-paru buku memiliki gulungan yang
berasal dari invaginasi perut. Masing-masing paru-paru buku ini memiliki
lembaran-lembaran tipis (lamela) yang tersusun berjajar. Paruparu buku ini juga
memiliki spirakel tempat masuknya oksigen dari luar. Keluar masuknya udara
disebabkan oleh gerakan otot yang terjadi secara teratur.
Gbr. Irisan melintanK paru-paru
buku
pada laba-laba Baik insang buku maupun
paru-paru buku keduanya mempunyai fungsi yang sama seperti fungsi paru-paru
pada vertebrata.
3.3.3. Alat Pernapasan
pada Ikan
Insang dimiliki oleh jenis ikan
(pisces). Insang berbentuk lembaran-lembaran tipis berwarna merah muda dan
selalu lembap. Bagian terluar dare insang berhubungan dengan air, sedangkan
bagian dalam berhubungan erat dengan kapiler-kapiler darah. Tiap lembaran
insang terdiri dare sepasang filamen, dan tiap filamen mengandung banyak
lapisan tipis (lamela). Pada filamen terdapat pembuluh darah yang memiliki
banyak kapiler sehingga memungkinkan OZ berdifusi masuk dan CO2 berdifusi
keluar. Insang pada ikan bertulang sejati ditutupi oleh tutup insang yang
disebut operkulum, sedangkan insang pada ikan bertulang rawan tidak ditutupi
oleh operkulum.
Insang tidak saja berfungsi sebagai alat
pernapasan tetapi dapat pula berfungsi sebagai alat ekskresi garam-garam,
penyaring makanan, alat pertukaran ion, dan osmoregulator. Beberapa jenis ikan
mempunyai labirin yang merupakan perluasan ke atas dari insang dan membentuk
lipatan-lipatan sehingga merupakan rongga-rongga tidak teratur. Labirin ini
berfungsi menyimpan cadangan 02 sehingga ikan tahan pada kondisi yang
kekurangan 02. Contoh ikan yang mempunyai labirin adalah: ikan gabus dan ikan
lele. Untuk menyimpan cadangan 02, selain dengan labirin, ikan mempunyai
gelembung renang yang terletak di dekat punggung.
Gambar
proses respirasi pada ikan
Mekanisme pernapasan pada ikan melalui 2
tahap, yakni inspirasi dan ekspirasi. Pada fase inspirasi, 02 dari air masuk ke
dalam insang kemudian 02 diikat oleh kapiler darah untuk dibawa ke
jaringan-jaringan yang membutuhkan. Sebaliknya pada fase ekspirasi, C02 yang
dibawa oleh darah dari jaringan akan bermuara ke insang dan dari insang
diekskresikan keluar tubuh.
Selain dimiliki oleh ikan, insang juga
dimiliki oleh katak pada fase berudu, yaitu insang luar. Hewan yang memiliki
insang luar sepanjang hidupnya adalah salamander.
3.2.4. Alat Pernapasan
pada Katak
Pada katak, oksigen berdifusi lewat
selaput rongga mulut, kulit, dan paru-paru. Kecuali pada fase berudu bernapas
dengan insang karena hidupnya di air. Selaput rongga mulut dapat berfungsi
sebagai alat pernapasan karma tipis dan banyak terdapat kapiler yang bermuara
di tempat itu. Pada saat terjadi gerakan rongga mulut dan faring, Iubang hidung
terbuka dan glotis tertutup sehingga udara berada di rongga mulut dan berdifusi
masuk melalui selaput rongga mulut yang tipis. Selain bernapas dengan selaput
rongga mulut, katak bernapas pula dengan kulit, ini dimungkinkan karma kulitnya
selalu dalam keadaan basah dan mengandung banyak kapiler sehingga gas
pernapasan mudah berdifusi. Oksigen yang masuk lewat kulit akan melewati vena
kulit (vena kutanea) kemudian dibawa ke jantung untuk diedarkan ke seluruh
tubuh. Sebaliknya karbon dioksida dari jaringan akan di bawa ke jantung, dari
jantung dipompa ke kulit dan paru-paru lewat arteri kulit pare-paru (arteri
pulmo kutanea). Dengan demikian pertukaran oksigen dan karbon dioksida dapat
terjadi di kulit.
Selain bernapas dengan selaput rongga
mulut dan kulit, katak bernapas juga dengan paruparu walaupun paru-parunya
belum sebaik paru-paru mamalia.
Alat
Pernapasan pada Katak
oksigen berdifusi lewat selaput rongga mulut, kulit,
dan paru-paru. Kecuali pada fase berudu bernapas dengan insang karena hidupnya
di air. Selaput rongga mulut dapat berfungsi sebagai alat pernapasan karma tipis
dan banyak terdapat kapiler yang bermuara di tempat itu. Pada saat terjadi
gerakan rongga mulut dan faring, Iubang hidung terbuka dan glotis tertutup
sehingga udara berada di rongga mulut dan berdifusi masuk melalui selaput
rongga mulut yang tipis.
Katak mempunyai
sepasang paru-paru yang berbentuk gelembung tempat bermuaranya kapiler darah.
Permukaan paru-paru diperbesar oleh adanya bentuk- bentuk seperti kantung
sehingga gas pernapasan dapat berdifusi. Paru-paru dengan rongga mulut
dihubungkan oleh bronkus yang pendek.
Gbr. alat pernafasan
katak
Dalam paru-paru terjadi mekanisme
inspirasi dan ekspirasi yang keduanya terjadi saat mulut tertutup. Fase
inspirasi adalah saat udara (kaya oksigen) yang masuk lewat selaput rongga
mulut dan kulit berdifusi pada gelembung-gelembung di paru-paru. Mekanisme
inspirasi adalah sebagai berikut. Otot Sternohioideus berkonstraksi sehingga
rongga mulut membesar, akibatnya oksigen masuk melalui koane.
Setelah itu koane menutup dan otot
rahang bawah dan otot geniohioideus berkontraksi sehingga rongga mulut
mengecil. Mengecilnya rongga mulut mendorong oksigen masuk ke paru-paru lewat
celah-celah. Dalam paru-paru terjadi pertukaran gas, oksigen diikat oleh darah
yang berada dalam kapiler dinding paru-paru dan sebaliknya, karbon dioksida
dilepaskan ke lingkungan. Mekanisme ekspirasi adalah sebagai berikut. Otot-otot
perut dan sternohioideus berkontraksi sehingga udara dalam paru-paru tertekan
keluar dan masuk ke dalam rongga mulut. Celah tekak menutup dan sebaliknya
koane membuka. Bersamaan dengan itu, otot rahang bawah berkontraksi yang juga
diikuti dengan berkontraksinya geniohioideus sehingga rongga mulut mengecil.
Dengan mengecilnya rongga mulut maka udara yang kaya karbon dioksida keluar.
3.2.5. Alat Pernapasan
pada Reptilia
Paru-paru reptilia berada dalam rongga
dada dan dilindungi oleh tulang rusuk. Paru-paru reptilia lebih sederhana,
hanya dengan beberapa lipatan dinding yang berfungsi memperbesar permukaan
pertukaran gas. Pada reptilia pertukaran gas tidak efektif.
Pada kadal, kura-kura, dan buaya
paru-paru lebih kompleks, dengan beberapa belahanbelahan yang membuat
paru-parunya bertekstur seperti spon. Paru-paru pada beberapa jenis kadal
misalnya bunglon Afrika mempunyai pundi-pundi hawa cadangan yang memungkinkan
hewan tersebut melayang di udara.
3.2.6. Alat Pernapasan
pada Burung
Pada burung, tempat berdifusinya gas
pernapasan hanya terjadi di paru-paru. Paru-paru burung berjumlah sepasang dan
terletak dalam rongga dada yang dilindungi oleh tulang rusuk.
Jalur pernapasan pada burung berawal di
lubang hidung. Pada tempat ini, udara masuk kemudian diteruskan pada celah
tekak yang terdapat pada dasar faring yang menghubungkan trakea. Trakeanya
panjang berupa pipa bertulang rawan yang berbentuk cincin, dan bagian akhir
trakea bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri.
Dalam bronkus pada pangkal trakea terdapat sirink yang pada bagian dalamnya
terdapat lipatan-lipatan berupa selaput yang dapat bergetar. Bergetarnya
selaput itu menimbulkan suara. Bronkus bercabang lagi menjadi mesobronkus yang
merupakan bronkus sekunder dan dapat dibedakan menjadi ventrobronkus (di bagian
ventral) dan dorsobronkus ( di bagian dorsal). Ventrobronkus dihubungkan dengan
dorsobronkus, oleh banyak parabronkus (100 atau lebih).
Parabronkus berupa tabung tabung kecil.
Di parabronkus bermuara banyak kapiler sehingga memungkinkan udara berdifusi.
Selain paru-paru, burung memiliki 8 atau 9 perluasan paru-paru atau pundi-pundi
hawa (sakus pneumatikus) yang menyebar sampai ke perut, leher, dan sayap.
Pundi-pundi hawa berhubungan dengan paru-paru dan berselaput tipis. Di
pundi-pundi hawa tidak terjadi difusi gas pernapasan; pundi-pundi hawa hanya
berfungsi sebagai penyimpan cadangan oksigen dan meringankan tubuh. Karena adanya
pundi-pundi hawa maka pernapasan pada burung menjadi efisien. Pundi-pundi hawa
terdapat di pangkal leher (servikal), ruang dada bagian depan (toraks
anterior), antara tulang selangka (korakoid), ruang dada bagian belakang
(toraks posterior), dan di rongga perut (kantong udara abdominal).
Gambar proses respirasi pada burung
Masuknya udara yang kaya oksigen ke
paru-paru (inspirasi) disebabkan adanya kontraksi otot antartulang rusuk
(interkostal) sehingga tulang rusuk bergerak keluar dan tulang dada bergerak ke
bawah. Atau dengan kata lain, burung mengisap udara dengan cara memperbesar
rongga dadanya sehingga tekanan udara di dalam rongga dada menjadi kecil yang
mengakibatkan masuknya udara luar. Udara luar yang masuk sebagian kecil tinggal
di paru-paru dan sebagian besar akan diteruskan ke pundi- pundi hawa sebagai
cadangan udara.
BAB
IV
PENUTUP
4.1 kesimpulan
·
Respirasi yang terjadi pada tumbuhan ada
dua macam yaitu aerobik dan anaerobik.
·
Respirasi pada tumbuhan tingkat tinggi
secara aerobik sedangkan pada tumbuhan tingkat rendah terjadi secara aerobik
dan anerobik.
·
Alat respirasi pada hewan bervariasi
antara hewan yang satu dengan hewan yang lain, ada yang berupa paru-paru,
insang, kulit, trakea, dan paruparu buku, bahkan ada beberapa organisme yang
belum mempunyai alat khusus sehingga oksigen berdifusi langsung dari lingkungan
ke dalam tubuh, contohnya pada hewan bersel satu, porifera, dan coelenterata.
Pada ketiga hewan ini oksigen berdifusi dari lingkungan melalui rongga tubuh.
DAFTAR
PUSTAKA
Campbell, 1999, Biologi, edisi kelima jilid 1,
Erlangga, Jakarta.
Kimball, Jhon.W, 1983, Biologi, jilid 1, Erlangga,
Jakarta.
Lukman, Diah, 1997, Buku Ajar Fisiologi Tumbuhan,
PT. Gramedia, Jakarta.
Ross, 1995, Fisiologi Tumbuhan, ITB, Bandung.
Wilkins.M.B, 1993, Fisiologi Tumbuhan, Bumi Angkasa,
Jakarta.
0 komentar:
Posting Komentar